Membaca adalah bagian dari riset. Riset akan membantu kita untuk mengumpulkan banyak informasi. Informasi akurat dan dipercaya memudahkan kita untuk terjual ke salah satu bidang pekerjaan tertentu.
Membaca dapat memperkaya khazanah pengetahuan kita tentang dunia. Perlahan-lahan, tapi pasti, kita akan mengubah label atau stigma tersebut, bila kita mau mengubah mindset untuk mulai membaca. Jadikan budaya membaca buku sebagai identitas kita sebagai generasi milenial yang semakin terbuka dengan dunia.
Sampai kapan kita akan berada di peringkat 72 dari 77 negara yang di atas?. Â Tak ada kata terlambat dalam kamus kehidupan kita untuk mengubah stigmatisasi tersebut. Maka, mulailah bersahabat dengan budaya membaca.
Pikiran lebih Fresh
Tahu enggak, kalu membaca adalah bagia dari terapi pikiran. Pikiran mumet, lemas dan tak bergairah, bisa diobati dengan membaca, loh.
Karena membaca adalah kegiatan rekreasi yang sangat menyenangkan. Destinasi membaca akan membawa kita berkelana, menyusuri belahan dunia mana pun, bersama sang penulis buku. Imajinasi penulis buku akan menular ke dalam kehidupan kita.
Ide dan pengalaman baru yang kita dapatkan selama membaca buku, sangat membantu kita untuk berpikir jernih dalam melihat dunia. Kawan, jangan bosan-bosan ya untuk membaca buku. Karena kita tak hanya butuh nutrisi untuk tubuh, melainkan nutrisi untuk otak berupa bacaan.
Relasi Baru
Siapa sangka hanya dengan membaca buku akan membawa kita pada relasi yang lebih luas. Budaya membaca akan membantu kita dalam mengenal sesama dari berbagai latar belakang apapun. Syukur-syukur, kita dapat jodoh, hanya karena hobi yang sama di dunia literasi membaca. Anggap saja itu bonus.
 Tapi, yang terpenting adalah kita sebagai generasi milenial bertanggung jawab untuk perkembangan literasi membaca negara kita.
Salam literasi dari generasi perbatasan RI -- Timor Leste.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H