Saldo cinta generasi 90-an hanya disimpan di dalam brangkas Diary
Menulis Diary edisi 90-an adalah hal yang paling menyenangkan. Apalagi, ketika bunga-bunga asmara melanda bank-bank kawula muda. Huuuuuu, bila bara cinta tak terbendung di kelima panca indera, Diary-lah tempat menyimpan cinta.Â
Saldo cinta terus bertambah, seiring perjumpaan, canda tawa, say-hello, di lingkungan Sekolah, dll. Bila cinta dipendam oleh seseorang, cinta akan diungkapkan dalam tarian jari-jemari di dalam catatan harian.
Unik adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan generasi 90-an, tatkala dilanda oleh cinta monyet. Alias cinta yang berpindah-pindah, dari satu dermaga menuju dermaga lain.
Jatuh cinta tahun 90-an itu indah dan tak dilupakan oleh siapapun. Karena kita rela memendam perasaan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, jika surat cinta yang hanya berisi,"Nama Lengkap" lalu, gambar jantung besar yang berhiaskan anak panah, tak diterima oleh pujaan hati. Ya, penyebabnya mungkin dari orang yang mengantarkan surat cinta (istilah generasi 90-an adalah jembatan).
Ternyata, orang yang kita cintai juga dinaksir oleh pengantar surat atau jembatan, makin runyam dan menderita kita. Ketika ada benih-benih kecemburuan, mau curhat ke orangtua, takut dimarahin. Lalu, kita mau curhat ke teman, takut diejek. Nah, jalan terbaik untuk melepaskan diksi-diksi kecemburuan adalah menuliskannya di dalam buku harian (Diary).
Menulis Diary adalah menyimpan memori. Memori cinta yang ditata, dirias, dipoles dengan aneka majas. Entah majas personifikasi, metafora dll. Yang terpenting ada rasa romantika.
Namun, mesin waktu perlahan-lahan menggantikan Diary dengan media Sosial. Saat ini, bila kita jatuh cinta, tinggal DM via Messenger, WhatsAPP, Instagram, dll. Bila cinta ditolak, status media sosial dihiasi dengan kata-kata galau.Â
Barangkali Media Sosial saat ini, sebagai sarana untuk mentransfer rasa cinta kepada orang yang kita naksir. Media Sosial sebagai pengganti Diary.Â
Menulis Diary di zaman digital sangat mudah dan praktis. Karena aplikasi Android telah memanjakan kita. Tapi, generasi milenial kurang berminat untuk menulis Diary. Menulis Diary terkesan membosankan dan tak ada mood untuk memilah diksi dalam menata rasa.