Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Blog, Mengapa Pakai Bahasa Ilmiah?

8 Januari 2021   12:47 Diperbarui: 8 Januari 2021   13:09 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber; Romelteamedia.com

 

Brother, nulis blog kok, pakai bahasa ilmiah, sih? Ya, nulis santai aja, bro! Karena pembaca lebih tertarik dengan artikel yang ngak terlalu formal dan terkesan kaku gaya bahasanya, bro!

Masukan dari salah satu penikmat aksara yang berada di seberang lautan. Jujur, saya merasa semacam disambar petir tadi pagi. Ya, tapi ada baik juga sih, karena penikmat yang menilai, bukan kita peracik, peramu aksara.

Apa yang kita ulik dengan takaran rasa, pikiran, belum tentu renyah dan nyaman dibaca oleh penikmat. Karena komentator, lebih lihai dan lincah daripada pemain bola di lapangan hijau. Tapi, coba aja, kita ganti posisi. Mereka penikmat menjadi pengulik, penata rias dalam setiap bingkai aksara, lalu kita sebagai komentator. Apakah mereka akan menerima masukan atau pun kritik dari kita?

Belum tentu kan? Ya, saya pun menikmati siklus perangsang adrenalin dalam koridor senyum dan tawa hari ini.

Kendati saya selalu terbuka dengan kritik dan saran, tapi entah angin apa yang merasuki hati saya hari ini. Hmmmm, main Tik-Tok ajalah, daripada mumet memikirkan hal yang menguras emosi.

Denting piano instrumen Timor menemani siklus perangsang (stimulus) keadaan disposisi batin saya. Kawan, ketika kau tak nyaman dengan keadaan apapun, bolehlah kau memberontak. Tapi, kamu memberontak dengan cara yang elegan, dong. Nah, cara elegan untuk meluapkan perasaan dongkol dalam diri bagi saya adalah melalui tulisan. Daripada, saya bertindak frontal, lalu berakhir pada penyesalan. Mendingan, saya mengulik dan menata rasa, pikiran dalam diksi-diksi keabadian.

Diksi-diksi keabadian yang tertata dalam tema, ide pokok menjadi pembunuh berdarah dingin. Napoleon Bonaparte mengatakan,"lebih baik ia takut pada seorang penyair, daripada puluhan ribu tentara bersenjata lengkap di medan perang."

Tentu ada  alasan dari pernyataan Bonaparte, apalagi ia adalah seorang pemimpin perang. Tapi, saya tidak mengulik semak-beluk dari pernyataan Napoleon Bonaparte. Karena saya sementara menata batin untuk mencari teknik menulis artikel yang tidak terkesan kaku bagi pembaca.

Kira-kira teknik menulis artikel yang nyaman bagi pembaca itu seperti apa, ya? Nah, teknik yang pertama adalah;

 Latihan Ekstra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun