Setiap orangtua pasti khawatir akan metode pilihan pembelajaran bagi anaknya.
Sah-sah saja, kan? Bila orangtua khawatir tentang masa depan pendidikan anaknya. Yang terpenting jangan khawatir mengenai trik untuk menyembunyikan rahasia perselingkuhan di belakang pasangan. Kasihan yang masih hidup membujang! hehe
Sekadar intermezzo saja, kawan. Â
Orangtua khawatir, karena mereka peduli, berangkat dari keseharian situasi dan bangsa yang belum kondusif bagi pendidikan anaknya.
Khawatir adalah keadaan batin yang melanda setiap orang. Sah-sah saja, toh? Bila orangtua khawatir tentang masa depan pendidikan anak dalam pusaran PJJ yang makin tak menentu.Â
Menyusul keputusan Gubernur DKI Jakarta yang menambah PSBB hingga tanggal 17 mendatang. Lalu, berdampak pada pupusnya harapan anak-anak untuk berjumpa dengan teman sebayanya di Sekolah. Aih, makin runyam ini keadaan psikologis orangtua akan masa depan pendidikan anak di bawah bayang-bayang dunia Zoom.
Kemarin ada ratusan artikel rekan Kompasianer yang mengulik akibat dan manfaat kelamaan anak-anak berada di dunia PJJ. Ada berbagai kesan dan pesan dari orangtua untuk masa depan pendidikan anaknya. Â Wajar, orangtua khawatir akan masa depan pendidikan anaknya. Orangtua khawatir, karena mereka peduli pada anaknya.
Bila kawan masih ingat diskusi, sharing  seputar kegiatan pembelajaran di awal tahun 2021 dari Menteri Pendidikan, Pak Nadiem Makarim dan Chief Operating Officer (COO) Kompasiana, Pak Nurulloh dalam acara Kompasianival hari kedua 2020 yang lalu, pasti kamu tidak kaget. Mengingat Pak Nadiem Makarim memberikan opsi,pilihan bagi orangtua dalam menentukan masa depan pendidikan anak-anaknya.
Kedua opsi itu adalah orangtua boleh memilih metode pembelajaran tatap muka (konvensional), atau full online bagi anak. Pilihan itu dikembalikan kepada orangtua.
Orangtua khawatir, karena mereka peduli pada anaknya. Memang, pilihan metode pembelajaran dari kedua opsi di atas, serasa dilema. Karena di lain hal, orangtua khawatir akan keselamatan anaknya. Selain itu, harapan orangtua adalah anaknya kembali beraktivitas bersama teman sebayanya di lingkungan Sekolah.Â