Rezeki setiap penulis itu unik.Â
Rezeki bukan hanya berupa materi. Jauh lebih daripada itu adalah kesehatan, relasi yang menembusi sekat-sekat sosial, dan hidup seorang penulis jadi bermakna. Entah bermakna bagi diri sendiri, orangtua, lingkungan dan negara.
Okelah saya tidak tahu, apakah di episode aksara ini, tulisan saya termasuk curhat, sharing atau sekadar berbagi motivasi bagi rekan penulis di pelosok mana pun.Â
Saya bukan penulis sekaliber Pramoedya Ananta Toer, Andrea Hirata, Khrisna Pabichara, lalu penulis Bestseller Internasional Yuval Noah Harari, Paulo Coelho, Jostein Gaarder, Filsuf Hannah Arendt, Jurgen Habermas, serta penulis-penulis aliran Feminis di belahan dunia mana pun. Melainkan saya adalah seorang penikmat aksara yang jauh dari kesempurnaan dalam menata tema, bingkai dan diksi. Sebagaimana yang diajarkan oleh Pak Khrisna Pabichara.
Rezeki seorang penulis adalah ketika hasil karyanya memberikan dampak positif dan manfaat bagi para pembaca. Dampak positif dan manfaat yang didapatkan oleh pembaca tidak akan dibiarkan hanya bergaung di dalam dirinya sendiri.Â
Melainkan, pembaca akan dengan sendirinya memberitahukan apa yang dibacanya kepada rekan, sahabat, kenalan, posting di media sosialnya. Terciptalah market bagi penulis sendiri. Marketing pun terkoneksi antara penulis dan pembaca. Rezeki berupa pundi-pundi uang pun mengalir ke rekening penulis.Â
Pelan tapi pasti, rezeki penulis selalu mencukupi kebutuhannya setiap hari. Ya, minimal makan minum dan aneka camilan. Syukur-syukur, rezeki yang makin bertambah, seiring dengan market pasar yang sudah terkoneksi dengan penulis.
Apa yang saya katakan di atas adalah berangkat dari realitas saya dalam menikmati secuil rezeki dari hasil karya novel saya, yakni "Terjebak dan Superego." Kedua novel saya tidak serta - merta memberikan rezeki yang melimpah, tapi selalu ada rezeki setiap hari. Puji Tuhan.
Selain itu, relasi saya menembusi sekat-sekat sosial. Ya, semua itu saya dapatkan melalui kedua karya novel saya.
Menarik dan sangat inspiratif apa yang ditulis oleh Pak Khrisna Pabichara, Hari Pertama 2021, Jangan Malu Jadi Penulis. Adrenalin saya menggebu-gebu, dikala membaca artikel yang di atas. Penjabaran yang ciamik dan penuh ritme inspiratif dalam setiap aksara. Terima kasih Pak Khrisna yang selalu memotivasi dan menginspirasi untuk terus menulis.
Kawan sebagai penutup saya mengutip salah satu qoutes dari penulis favorit saya, Pramoedya Ananta Toer,"Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai Sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai."