Suku Timor Dawan hidup dari alam dan kembali kepada alam. Tradisi Lol Ton/foa ton atau penyembahan kepada alam semesta, bertujuan untuk mendatangkan hujan, serta meminta kedamaian dari semesta, sebelum melangsungkan musim tanam dan musim panen.
Filsuf Baruch De Spizona,"Manusia memandang satu substasi yang sama dan satu yakni Allah atau Alam." Tentu suku Timor Dawan tidak belajar filsafat, apalagi teori dari filsuf Baruch De Spinoza tentang satu substasi semesta.
Suku Timor Dawan memandang alam sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Karena sejak manusia ada, alam semesta juga sudah ada. Maka, terjadilah kerja sama antara manusia dan alam. Atau dalam bahasa Filsafat Kosmologi adalah hukum kausalitas (sebab-akibat).
Hukum kausalitas antara manusia dan alam, terutama bagi suku Timor Dawan adalah dalam tradisi,'Lol Ton'/foa ton' (penyembahan kepada semesta). Tradisi 'lol ton' merupakan tradisi tertinggi suku Timor Dawan dalam menghargai alam. Alam memiliki kedudukan yang paling tertinggi dari ideologi apapun. Karena ideologi, paham, ajaran apapun yang disembah oleh suku Timor Dawan itu merupakan hasil kolaborasi antara filsafat dan nilai estetik yang berlaku di dalam masyarakt.
Kolaborasi filsafat dan nilai estetik melahirkan totalitas pengakuan bagi setiap suku Timor Dawan terhadap alam. Alam memegang kendali kehidupan dan kematian manusia secara absolut. Misalnya gemba bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung berapi, kelaparan, badai petir, banjir dan peristiwa alam apapun bisa dihindari dengan menghargai alam semeseta.
Penghargaan terhadap semesta suku Timor Dawan bisa dilakukan dengan cara lol ton. Setiap tahun suku Timor Dawan mengadakan tradisi lol ton (penyembahan kepada semesta). Motif dari lol ton bisa dalam kondisi apapun. Di sini saya hanya fokus membahas tradisi lol ton.
Lol Ton (penyembahan kepada semesta) biasanya dilakukan setiap menjelang musim tanam atau sebelum musim panen.
Musim Tanam
Suku Timor Dawan akan meminta restu kepada semesta, sebelum melangsungkan musim tanam. Tentu motifnya adalah meminta semesta untuk mendatangkan hujan. Memang benar, setelah mengurbankan salah satu hewan pilihan semesta, saat itu pun hujan akan turun membasahi bumi. Khususnya di  Pulau Timor.
Tradisi ini sekarang sudah diinkulturasikan dalam kepercayaan Nasrani Suku Timor Dawan. Di mana, Pastor atau Romo akan diminta untuk memberkati atau mendoakan hewan pilihan semesta sebelum dikurbankan. Perayaan Ekaristi atau misa berlangsung di pegunungan. Tentu, sangat menarik perayaan misa kudus di atas puncak gunung.
Aroma, hawa semesta serasa hadir menyapa dan mendukung musim tanam suku Timor Dawan. Percikan-percikan nada semesta, beriringan dengan doa, harapan setiap suku Timor Dawan untuk mengawali musim tanam.
Inkulturasi atau penyatuan tradisi semesta dengan ajaran agama Katolik Roma melahirkan penghormatan yang tinggi kepada semesta sebagai pusat kehidupan manusia.
Musim Panen
Musim panen akan berlangsung pertengahan Maret-Mei. Sebelum melangsungkan musim panen, suku Timor Dawan akan kembali meminta restu kepada semesta dengan pendekatan kurang lebih seperti musim tanam.