Pernah ngak kamu rasakan susahnya nyari penerbit? Apalagi, naskah kamu ditolak oleh penerbit. Jika pernah, kamu pasti merasa down, dan kamu menganggap karya tulisan kamu tidak bermutu.
Perasaan inferior (rendah diri), karena pernah ditolak oleh penerbit, tidak serta - merta menjadikan bahan alasan untuk kamu tidak berkarya lagi. Melainkan pengalaman itu, dijadikan sebagai bahan evalusia diri untuk terus belajar memperbaiki diri.
Menulis adalah kegiatan ekspresi diri tanpa batas akan keseharian hidup seseorang. Kegiatan menulis setiap orang itu berbeda dan unik. Ada yang menulis, karena sedang jatuh cinta, keadaan sekitar yang tidak aman, Â tuntutan pekerjaan, melatih ingatan, berpisah dengan orang yang dicintainya, dll.
Mestinya kita bersyukur bahwasannya, dengan adanya perkembangan teknologi dewasa ini, memungkinkan setiap penulis untuk menerbitkan karyanya. Salah satunya adalah melalui jalur penerbit Indie, Self Publishing, bila naskah kita ditolak oleh penerbit Mayor.
Lebih jelasnya, kita berkenalan dengan ketiga jenis percetakan ini. Dilansir dari Penerbitdeepublish.com. Ada tiga jenis percetakan, yakni percetakan Independen (Indie), Self Publishing dan Mayor. Di sini saya tidak mengulik penerbit Self Publishing dan penerbit Mayor. Karena fokus utama saya adalah penerbit Indie.
Penerbit Indie adalah penerbit mandiri yang membuka kesempatan bagi setiap penulis untuk menerbitkan karyanya. Lalu, manfaat apa yang kita dapatkan, bila menerbitkan naskah melalui jalur penerbitan Indie?
Baiklah, agar terkesan tidak hanya sekadar menulis, tentu manfaat yang saya dapatkan selama menerbitkan dua karya novel saya melalui penerbit Indie adalah kemudahan dalam kerja sama. Dalam artian, antara saya dan pihak penerbit Indie sebelum menjalin kerja sama, kami menyepakati aturan main di dalam pihak penerbit. Setelah adanya kesepakatan, saya selaku penulis memberikan biaya aministrasi awal, yakni sudah termasuk biaya Editing, Layout, Pengurusan ISBN, dan Desain Cover. (Catatan: biaya jasa penerbitan tergantung setiap penerbit Indie).
Fiks naskah saya masuk antrian editing, layout, pengurusan ISBN, dan desain cover. Selama dua bulan, saya menunggu percetakan naskah. Sembari, saya menyiapkan biaya percetakan.Â
Selain manfaat di atas, saya mendapatkan relasi baru, komunikasi yang hangat, pengetahuan baru dalam dunia percetakan buku.
Tapi, penerbit Indie mempunyai kekurangannya, loh. Apa itu?Â
Kekurangan menerbitkan karya melalui jalur Indie adalah market pasar yang kecil. Jadi, penulis selaku penjual karyanya sendiri.
Kamu masih mau menerbitkan naskah di penerbit Indie? Tentu semua itu tergantung dari setiap penulis. Yang terpenting adalah adanya kepuasaan, bila kita memiliki karya sendiri dalam hidup. Minimal satu karya saja, dunia sudah menjadi milik kita. Karena kita pun turut memberikan andil bagi literasi dan edukasi di negara Indonesia.
Sekian, semoga menambah pengetahuan bagi rekan penulis muda di mana saja anda berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H