Cinta itu tidak pernah mengenal musim panas dan dingin. Tergantung aliran cinta seseorang bersemi di mana, dan dengan siapa? Anehnya, cinta itu mengenal musim gugur.
Musim gugur cinta, serupa dengan musim trauma. Akibat perasaan yang tak berdosa, dikebiri oleh ego orang tua. Sebagai ilustrasi sederhana, si X dan Y sudah saling mengenal hampir 8 tahun. 8 tahun adalah waktu yang sangat panjang dan lama. Antara X dan Y saling mencintai. Tentunya, mereka sudah mengenal satu sama lain. Termasuk mengenal karakter, hobby, serta tujuan masa depan mereka.
Memasuki 9 tahun masa pengenalan mereka, ada satu peristiwa yang bersumber dari orang tua X. Hmmmm, kira-kira peristiwa apa, ya? Hemat penulis, si Y menghilang begitu saja. Lalu, ia memutuskan untuk pergi ke salah satu pulau yang tak berpenghuni.
X mencoba untuk menghubungi Y melalui nomor teleponnya. Namun, tak ada jawaban dari Y. X mengurung diri di dalam kamarnya. Hingga suatu saat, X menerima telepon dari orang tua Y.Â
Tujuannya adalah menanyakan keberadaan Y. X menjelaskan apa yang terjadi antara hubungannya dengan Y yang sudah berakhir dengan alasan yang tidak jelas dari Y. Orang tua Y menyalahkan X. X merasa dipojokkan.Â
Setahun kemudian, X mencoba untuk membuka hatinya kepada Z, yang merupakan pilihan dari orangtuanya. Tapi, jauh di dalam samudera hatinya, ia masih mengharapkan cinta dari Y. Meskipun keberadaan Y belum tahu rimbanya.
Tepat pada hari jadinya X dan Y pertama kali mengenal di salah satu kafe di pinggir danau, X dan Y bertemu. Pertemuan mereka tidak ada dalam skenario dari sudradara semesta, melainkan murni dari memori mereka yang belum move on dari cinta sucinya. X menuntut jawaban dari Y. Sebaliknya, Y menyalahkan X karena tidak membelanya saat orangtua X menghinanya.
Suasana nostalgia keduanya jadi berantakan. Karena keduanya saling menyalahkan. Di saat yang bersamaan, orang tua X hadir untuk membela anaknya.
Bahkan kali ini, orang tua X merendahkan martabat Y di hadapan banyak orang di dalam kafe itu. Kesabaran Y sudah berada di ujung  adrenalinnya.
Namun, Y menarik nafas dalam-dalam untuk memberitahukan X, bahwa dibalik perpisahan mereka ada campur tangan dari orang tua X. Orang tua X telah meminta Y secara paksa untuk menjauhinya. Karena profesi pekerjaan serta latar belakang keluarga yang tak sepadan dengan X.
X merasa kaget dengan sikap orang tuanya kepada Y. Lalu, ia mengatakan kepada orang tuanya, "Pak, perasaan yang tak berdosa, mengapa harus dikebiri?"