Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tangisan Negeri Karang Timor

2 Desember 2020   22:58 Diperbarui: 2 Desember 2020   23:04 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam kelam masih segar diingatan Pak Tan di negeri karang Timor. Ia sangat tersiksa, menjerit, menangis di tengah himpitan batu karang Timor. Goresan pena yang sempat ditahan oleh pangeran dan ratu yang berjuang untuk menjadi yang terbaik di negeri karang Timor.

Pak Tan adalah seorang petani cerdas di kampungnya. Keseharian pak Tan adalah berkebun, membaca buku, berdiskusi dengan siapa pun yang ia jumpai. Hidupnya sangat teratur, mulai dari bangun pagi hingga tidur malam. Penulis menamai pak Tan sebagai pengikut filsuf Sokrates.

Suatu hari, calon pangeran dan ratu bertandang ke gubuknya. Gubuknya yang terbuat dari alang-alang dan berdindingkan bambu adalah harta terindah pak Tan. Ia sangat terkejut dengan calon pangeran dan ratu yang rela turun dari takhta, demi mengunjunginya.

"Izinkanlah kami numpang minum di gubuk tuan.'" Sapa calon pangeran.

"Silakan tuan! Maaf, cuman air putih  yang bisa hamba sediakan di gubuk sederhana ini."

"Terima kasih tuan."

"Maaf Tuan, gerangan apa yang membawa pangeran dan ratu ke tempat yang sederhana ini?" Tanya Pak Tan.

"Jika pak Tan bersedia, Kami menawarkan kerja sama."

"Maaf tuan, kerja sama dalam hal apa ya?"

"Oh, biasa lagu lama dalam dunia politik."

Pak Tan hanya terpaku mendengar kata "Politik." Ia masih trauma dengan politik yang telah menimpa saudara- saudaranya yang menjadi korban dari para calon pangeran dan ratu beberapa dekade silam. 

Di mana, waktu itu salah satu calon pangeran dan ratu memberikan janji manis, dan berujung pada perang saudara yang sangat berkepanjangan di antara sesama suku Dawan negeri Timor.

Janji tinggal janji. Janji ada sewaktu belum menjadi pangeran, setelah menjadi pangeran tak ada janji manis. Bahkan yang ada hanyalah kepahitan yang diderita oleh keluarga pak Tan.

"Hmmmm maaf, bukannya hamba menolak tawaran pangeran dan ratu. Tapi, hamba hanya ingin hidup tenang dan damai, dikala berkebun, membaca buku dalam mencari arti kehidupan."

"Sombong amat! Sudah miskin, sok bijak di depanku! Bentak pangeran, sembari meninggalkan gubuk pak Tan.

Pak Tan hanya menatap kepergiaan calon pangeran dan ratu dibalik gubuknya. Ia sangat takut dan cemas akan konsekuensi dari penolakannya. 

Sejarah menceritakan bahwa setiap calon pangeran dan ratu yang terpilih di negeri karang Timor, pasti ada perombakan tatanan hirarki di dalam setiap aspek kehidupan. 

Terutama bagi mereka yang kontra harus bermental baja dalam menerima perlakuan yang tidak adil dari pangeran terpilih. Pangeran terpilih akan menggantikan setiap pemimpin cabang yang kontra saat pemilihan.

Sementara, bagi mereka yang pro akan mendapatkan angin segar bagi karir dalam lingkungan pemerintahan. Tentu ini tidak terlepas dari janji manis sewaktu masih berstatus sebagai calon pangeran dan ratu. Ya, inilah salah satu marketing pencarian suara di negeri karang Timor. Jenis marketing ini juga dipakai di Indonesia saat menjelang pesta demokrasi.

6 bulan berlalu, apa yang telah dikhawatirkan oleh pak Tan menjadi kenyataan. Karena pangeran dan ratu yang terpilih menjadi penguasa di negeri karang Timor. 

Pak Tan dan keluarganya mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari pangeran dan ratu. Mereka diasingkan dari negeri karang Timor. Tangisan menemani keseharian pak Tan dibawah ketidakadilan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Manusia adalah makluk pembunuh terhadap sesamanya dalam dunia politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun