Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perkembangan Kognitif Generasi Alfa

20 November 2020   23:29 Diperbarui: 21 November 2020   00:08 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ransangan (stimulus) terhadap lingkungan turut mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Psikolog Jean Piaget: sejak awal, seorang anak bertindak seperti seorang ilmuan yang aktif menerka dan mencari tahu bagaimana dunia di sekitarnya bekerja.

Memiliki anak adalah impian setiap orang tua. Termasuk cita-cita dari penulis, walaupun masih bujang, hehe. Lingkungan adalah gerbang perkembangan kognitif anak. Berada pada lingkungan yang baik, output anak akan menjadi baik.

Sebaliknya, lingkungan yang tak bersahabat, output anak juga mengikutinya. Bagian dari hukum Sebab-Akibat Semesta.

Lalu, bagaimana perkembangan kognitif generasi Alfa di tengah era digital? Tentu ini adalah masalah terberat yang dialami oleh setiap orang tua. Orang tua merasa dilema. Orang tua sebenarnya tak memperbolehkan perkembangan kognitif anak terbentur dengan dunia digital. Caranya adalah membatasi penggunaan internet untuk anak.

Tapi, lingkungan anak tak ada yang memonitornya. Orang tua melarang anak untuk tidak berlama-lama berselancar di dunia maya, sementara anak akan merasa bebas saat bersama teman-temannya. 

Melarang anak malah dicap sebagai orang tua yang tak mengikuti perkembangan zaman, kolot, otoriter dan mengekang kebebasan anak. Anak akan merasa tersiksa, bila melihat teman sebayanya dengan bebas menggunakan media sosial.

Lalu, keadaan batin anak semakin tersiksa. Jurang ketidakcocokkan pun semakin meluas antara anak dan orang tua. Sementara, bila adanya kebebasan dari orang tua untuk anak menggunakan media sosial, kecanduan pun melanda anak. Akibatnya, perkembangan anak tak berkembang.

Stimulus/rangsangan lingkungan anak sangat rawan dan menantang bagi setiap orang tua. Dunia pendidikan juga sudah bertransformasi sistem pendidikannya dari pertemuan konvensional (tatap muka) ke dunia virtual. Serba salah bagi pendampingan kognitif anak di era digital.

Sebagai resolusi dari penulis adalah temukan passion anak lalu berilah kebebasan bagi anak dalam mengembangkan kognitifnya. Karena sesuatu yang diusahakan dengan passion dan cinta akan menghasilkan bibit-bibit unggul generasi Alfa di dunia digital. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun