Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Memilih Mabuk Tua Noe (Alkohol Timor) daripada Mabuk Dogma

1 November 2020   09:50 Diperbarui: 1 November 2020   12:06 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalil keadilan terendus di setiap pojok negeri. Ada yang menggunakan dogma agama, sosial, budaya, hukum serta norma-norma yang ada di dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Bila jalur ini tak mempan, maka kebanyakan orang mengambil jalan tikus. Layaknya, penyelundupan barang dari luar negeri. Sistem dalil keadilan sudah di desain dari akar pohon hingga tunasnya. Penipuan, kekacauan, pengkotakan manusia adalah jalan menuju kekuasaan.

Max Weber mengatakan politik sebagai metode untuk menguasai dan mengontrol orang lain. Politik sebagai keterampilan untuk memutuskan sesuatu untuk orang lain, memerintah mereka, dan menjalankan kekuasaan atas mereka.

Menjelang pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, rasanya politik demokrasi makin seksi di mata publik. Di setiap pelosok desa, kecamatan hingga kota, masing-masing membangun blok. Serupa blok Barat dan Timur zaman perang dunia I dan II. Propaganda menghiasia semesta. Lahan kering, perbukitan, pantai, kawasan konservatif dimanipulasi oleh dalil keadilan dari para kandidat.

Hidup hanya sebatas laboratorium eksperimen tentang dalil keadilan. Para figur publik yang bekerja di bidang agama, sosial, budaya dan hukum ikut terjerat rayuan maut dari para kandidat. Iming-iming setelah terpilihnya kandidat, maka jalan mulus menuju surga terbuka lebar. Selebar selangkangan rekening yang menjerit-jerit di mesin ATM.

Sebagai anak rantau, saya merasa iba/kasihan dengan rakyat kecil yang ada di kampung halamanku. Tepatnya di desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara - NTT. Mereka hanyalah korban PHP (Pemberi Harapan Palsu) dari setiap kandidat yang setiap 5 tahun mencalonkan diri sebagai Bupati dan wakil Bupati.

Wacana perbaikan fasilitas umum, seperti jalan raya, ketersediaan air bersih, hanyalah puing-puing yang berlalu begitu saja. Sungguh ironis, desa Haumeni yang memiliki catatan sejarah berdirinya kota Kefamenanu ditelantarkan. Layaknya, anak jalanan di setiap pinggir jalan, emperan toko dan trotoar kota Metropolitan.

Sekarang masyarakat Haumeni kekurangan air bersih. Karena musim kemarau. Ditambah lagi jalanan beraspal yang semakin rusak, menambah beban pundak masyarakat Haumeni untuk pergi mengambil air bersih di Loka Nai dan Talile ( 2 Sumber mata air di bawah perbukitan desa Haumeni).

Bila ada kesempatan bagi para fotografer Nasional, silakan eksplor 2 sumber mata air alami yang ada di kampung halamanku. Anda tak akan rugi! Karena mata anda akan dilemahkan dengan keindahan perbukitan, sabana dan langit biru yang selalu menemani penderitaan masyarakat Haumeni dari setiap janji manis calon Bupati dan Wakil Bupati Timor Tengah Utara setiap tahun.

Sebagai resolusi untuk mengatasi ketimpangan sosial, penipuan dan kekacauan antar masyarakat akibat dalil keadilan yang berlandaskan pada dogma agama, sosial, budaya dan hukum, khususnya di desa Haumeni adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat melalui aksi nyata sebelum mencalonkan diri sebagai Bupati dan Wakil Bupati.

Akhirnya, lebih baik saya mabuk tua noe (Minuman khas suku Timor), daripada saya mabuk dogma.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun