Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sahabat Interkultural

29 Oktober 2020   22:59 Diperbarui: 29 Oktober 2020   23:04 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quotes novel saya (Terjebak)

Sahabat adalah orang yang mengetahui segalanya tentang kamu dan tetap menyukaimu. Kisah persahabatan saya sudah terjalin 6 tahun yang lalu. 

Berawal dari satu tujuan untuk menjalani kehidupan membiara di Kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD), tepatnya di Postulat Stella Maris Malang, Novisiat Abdi Roh Kudus, Batu - Malang dan Seminari Tinggi SVD Surya Wacana Malang. 

Saya berjumpa dan membangun rasa persaudaraan bersama sahabat yang berbeda budaya, bahasa, karakter, cara pandang, latar belakang pendidikan, keluarga dll. 

Tentu, awalnya saya merasa kesulitan untuk membangun kisah persahabatan dengan mereka. Maklum kita semua adalah sekumpulan para bujangan yang selalu melihat sesuatu dengan logika.

Akibatnya, kerap terjadi benturan pendapat. Saya mengakui bahwa sangat sulit untuk mengenal orang lain. Karena apa yang kita inginkan, belum tentu sepaham, sejalan dengan orang lain.

Siklus waktu telah menemani saya untuk terus menahan ego dalam membangun tembok persahabatan. Setelah 3 tahun saya berjuang untuk membangun rasa persaudaraan dengan sesama, akhirnya membuahkan hasil. Karena perjumpaan yang intens telah melahirkan sahabat. 

Kisah persahatan saya dengan kedua teman saya yang berasal dari Bali dan Sumatera semakin kompak dalam segala hal. Kami bertiga saling memahami, menahan ego untuk tidak memonitor satu dengan lainnya. 

Kami mulai membangun rasa empati. Di mana jalan untuk mengembangkan rasa empati di antara kami adalah melalui sharing, diskusi, curhat, makan bareng, nongkrong, sepedaan, berenang, bermain kartu, futsal, tenis meja, badminton, berkebun, nonton bioskop, saling mengunjungi di kamar, berbagi makanan ringan, hotspot bareng, tertawa bareng maupun menangis bareng. Bahkan bunyi kentut dan aromanya kami bertiga sudah mengetahuinya.  Inilah kekonyolan kami bertiga.

Tapi, perpisahan itu datang tanpa diundang. Awal tahun 2019 silam, saya memutuskan untuk keluar dari kehidupan membiara dalam tradisi Katolik. Rasanya berat untuk saya berpisah dengan sahabatku. Tapi, memang jalan panggilan setiap orang itu berbeda. Saya tak bisa melawan hukum semesta.

Setiap detik, menit, jam, bulan dan tahun memiliki kenangan. Salah satu kenangan terindah saya bersama sahabat adalah saya selalu mengikuti hari budaya Bali dan Batak yang dipentaskan oleh sahabatku. Begitu pun, mereka selalu mengikuti hari budaya Timor. Bahkan saya sampai bisa menari tarian 'Tortor' budaya Batak. Saya merasa bangga dengan kisah persahabatan interkultural yang telah kami bangun di Seminari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun