Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gelisah di Ujung Karir

26 Oktober 2020   00:07 Diperbarui: 26 Oktober 2020   00:29 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapasitas badget kita terbatas pada budaya konsumsi. Gaya hidup hedonis bak virus yang sangat mematikan. Kisah kejayaan sewaktu masih aktif berkarir, berbanding terbalik menjelang masa pensiun. 

Psikologi seseorang yang sudah memasuki masa pensiun adalah emosinya tidak stabil, mudah marah dan tidak menerima kenyataan. Inilah gelisah seseorang di ujung karir.

Sebenarnya rasa gelisah di ujung karir bisa diobati dengan cara berinvestasi. Salah satu investasi yang sangat menjanjikan adalah properti. Karena harga properti semakin tinggi setiap tahun. Inilah peluang yang tak boleh dilewatkan bagi anda yang masih aktif berkarir.

Karir anda saat ini bersinar di bawah langit biru, tapi sinarnya akan meredup bila anda tak segera berinvestasi properti. Sebagai pendekatan kontekstual adalah saya membandingkan karir seorang artis yang hidup bergelimang harta sewaktu masih aktif di dunia entertaiment.

Dengan karir seorang pekerja buruh kasar di sebuah pabrik. Budaya hedonis tentu menjadi bagian dari si artis. Karena ia berpikir sejam, sehari ke depan ia akan mendapatkan jobs dengan bayaran yang tinggi. Sementara si buruh hidup minimalis, dan ia selalu menyisahkan sebagian gajinya untuk berinvestasi properti.

5 tahun kemudian, katakan salah satu penyakit sampar melanda negeri. Krisis moneter tentu tak dielakan lagi. 

Si artis kehilangan pekerjaan, ditambah lagi usianya kalah bersaing dengan artis pendatang baru yang masih fresh dan energik. Segala kemewahannya dalam seketika sirna terbang bersama rasa gelisah dan penyesalan. Karena ia lupa berinvestasi properti.

Sementara si buruh kasar tetap menjalankan kegiatan sehariannya dengan sukacita. Karena ia memiliki investasi properti. Inilah kelebihan dari mindset pejuang dengan penikmat. 

Oleh karena itu, hidup adalah pilihan. Anda mau mengikuti gaya hidup minimalis si buruh kasar ataukah anda mau mengikuti gaya hidup si artis yang hedonis?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun