Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penjara Tua

3 Oktober 2020   22:53 Diperbarui: 3 Oktober 2020   23:09 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hanya menemui nihilisme kegelapan. Aku menangis sembari meminta tolong. Tak ada satu pun penduduk Cogito yang mendengar jeritan suaraku. Pantulan suaraku serasa di tahan oleh kakek yang hilang muncul di hadapanku. Layaknya, jaringan yang hilang muncul sewaktu musim hujan.

Aku ditangkap lalu diikat dengan seutas tali. Layaknya kerbau yang selalu diikat dengan tali. Aku dibawa oleh kakek itu ke salah satu lorong yang dipenuhi tulang manusia. 

Aku yakin itu tulang tengkorak korban pembataian dari zaman dulu. Aku diseret bersama ribuan tulang manusia. Aku jatuh pingsan seharian di dalam penjara. Tapi, anehnya setelah aku siuman tak ada satu pun tulang manusia. 

Akhirnya, aku sadar bahwa aku sudah didoktrin oleh kebenaran sesat dari penduduk Cogito. Aku dimanfaatkan oleh mereka. Mereka tak mau ada orang yang mau memperjuangkan kebenaran. Karena bagi mereka kebenaran tak menghasilkan pundi-pundi uang. Yang menghasilkan pundi-pundi uang adalah rekayasa dan doktrin ribuan orang untuk mencapai kepentingan mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun