Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Separuh Jiwaku Tertinggal di Kota Toleransi Malang

3 Oktober 2020   00:43 Diperbarui: 3 Oktober 2020   01:14 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tolerasi adalah identitas masyarakat kota Malang. Selain dijuluki kota toleransi, ada sebutan lain  yakni kota pendidikan. Antara kota toleransi dan pendidikan dielaborasikan dalam semangat persaudaraan. Persaudaraan yang menghimpun ras 'Melayu Muda dan Melayu Tua serta Papua Melanesia.'

Setiap pojok 'Alun-Alun kota Malang' selalu ada percampuran ras. Kebahagian terpancar dari arah Timur, Barat, Selatan dan Utara. Sekitar 50 meter dari Alun-Alun Kota terdapat bangunan Masjid Agung Malang. 

Tak jauh dari 100 meter terdapat Gereja Kayu Tangan Malang. Bangunan dari kedua rumah ibadah ini diapit oleh pusat perbelanjaan dan perkantoran kota Malang.

Pixabay;
Pixabay;

Kota Malang adalah memori yang tak akan pernah lekang dan usang dari jantung hatiku. Karena saya telah menitipkan separuh jiwaku di kota toleransi Malang. Malang adalah kota di mana saya mengenal apa itu perbedaan? Apa itu arti persaudaraan? Apa itu rindu? Apa itu tujuan hidup?

Perbedaan itu unik karena ada pilihan hidup. Setiap tahun generasi muda terbaik dari segala penjuru nusantara, tak ketinggalan pula generasi mancanegara menempuh pendidikan di kota Malang. 

Percampuran budaya telah melahirkan pola pikir akan kehidupan. Pola pikir dari setiap keunikan pribadi melahirkan epistemologi pengetahuan dalam menghargai warna kulit, bahasa atau dialek, selera, humor akan kehidupan.

Detak jantung saya kagum akan keunikan setiap pribadi. Karena dalam keunikan ada kekayaan budaya nusantara. Kekayaan nusantara dikemas dalam setiap pentas budaya dari mahasiswa kota Malang setiap tahun. Bertolak dari keunikan ini saya diperkaya dengan budaya nusantara.

Budaya adalah identitas setiap orang. Dalam identitas saya mengenal rasa persaudaraan di tanah rantau. Saya merajut rasa persaudaraan dalam mencintai budaya sesama, layaknya saya mencintai budaya Timor. Persaudaraan telah membawa saya pada persahabatan. Dalam persahabatan ada perpisahan dan rindu.

Rindu adalah obat terlaris para perantau. Perpisahan bersama sahabat saya di kota Malang telah membawa kerinduan. Setiap hari saya selalu rindu suasana kehidupan tolerasi kota Malang.

Kota Malang telah membuat saya jatuh cinta. Saya cinta kehidupan di sana. Saya cinta orang-orangnya. Saya cinta budayanya. Saya cinta kedamaiannya. Cinta telah membawa saya pada tujuan hidup.

Tujuan hidup adalah jembatan menuju kehidupan yang sesungguhnya. Setelah menemukan tujuan hidup saya sebagai seorang pengelana di kota Malang. 

Saya meneruskan pengembaraan saya di kota metropolitan Jakarta. Jakarta adalah pusat ekonomi dan hiburan. Saya mengejar tujuan hidup saya sebagai seorang penulis di kota ini.

Sekarang saya tahu bahwa pengalaman berjumpa dengan ras Melayu Muda dan Melayu Tua telah memperkaya saya dalam menulis dari berbagai perspektif. Semua ini karena saya telah belajar dari setiap kebudayaan yang telah saya jumpai di kota toleransi Malang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun