Ir Soekarno,"Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya."
Gegap-gempita hari raya kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 seanter terdengar di seantero bumi Pertiwi. Euforia ini serupa perayaan fans club bola raksasa dunia Real Madrid sewaktu memenangkan trofi liga Champions 2017 di stadion Millennium, Cardiff. Namun, dibalik euforia kemerdekaan RI -75, rakyat Indonesia masih terjebak di antara pandemic dan politik rahim 2020.
Rahim 2020 telah melukai bangsa Indonesia. Keniscayaan dan nihilisme gempuran paham dari dunia luar masif dilancarkan ke bumi pertiwi. Propaganda secara halus terus mengejar rakyat Indonesia melalui jaringan nirkabel internet bawah laut. Tujuan gempuran paham dunia luar tak lain adalah menguasai sumber daya alam bumi pertiwi.Â
Bung Karno telah memperingatkan generasi muda untuk selalu waspada dengan bibir madu yang selalu mengintai bumi pertiwi dari segala aspek kehidupan. Sekarang kita boleh tersenyum bebas dalam mengejar impian di negeri pelangi. Akan tetapi, jiwa nasionalisme harus berakar kuat dalam diri setiap rakyat Indonesia.
Saya membaca headline KompasTv yang berjudul,"Siap-siap, Prabowo dan Nadiem akan Terapkan Pendidikan Militer pada Mahasiswa."
Sejauh pemahaman saya, wacana Pendidikan Militer pada Mahasiswa adalah pintu menuju nasionalisme generasi penerus bangsa zaman digital. Karena objek gempuran paham dunia luar adalah generasi muda yang belum sepenuhnya memahami jati dirinya.Â
Mereka belum memiliki kompas hidup yang jelas. Akibatnya jati diri mereka muda didoktrin untuk membenci ibu pertiwi. Oleh karena itu, saya sangat antusias dengan penambahan sks pendidikan militer bagi mahasiswa.
Apa makna kemerdekaan bagi kita? Makna kemerdekaan bagi saya adalah bebas berkarya. Saya menghargai founding father's dengan menciptakan karya. Salah satu quotes novel saya,"Pelangi itu indah karena banyak warna. Manusia itu sempurna karena banyak karakter. Indonesia itu ada karena banyak budaya, bahasa dan ras. Yang terpenting bagi pelangi, manusia dan Indonesia adalah kerja sama."
Refleksi dan pertanyaannya, bentuk kerja sama model apa yang sudah kita bangun? Apakah kita masih berputar di ego dan superego?
Akhirnya, mari kita mengisi kemerdekaan ke-75 RI dengan mencintai budaya, bahasa, ras dan sumber daya alam bumi pertiwi secara tulus. Ketulusan untuk mencintai bumi pertiwi yang kaya akan SDM dan SDA seyogyanya sudah menjadikan kita sebagai raksasa dunia. Â Yang terpenting adalah kita jangan durhaka dalam balutan banjir rekening!