Seberkas sinar malam menerangi alam bawah sadarku untuk merangkai benang masa depanku. Hal demikian senada dengan ungkapan Abraham Lincoln,"Cara terbaik untuk memperkirakan masa depan adalah menciptakannya." Lalu, bagaimana aku menciptakan masa depan dalam penjajahan mental inferior? Rembulan menggantung indah di angkasa, aku memberanikan diri untuk mengetahui rahasia dibalik buku filsafat. Namun, pesan orangtuaku selalu terngiang di dalam pikiranku. Aku mengandalkan logika, tapi logikaku tak bisa melawan doktrin orangtuaku.
Alhasil, setelah 19 tahun aku menunggu rahasia dibalik dunia filsafat, akhirnya orangtua mengizinkan aku untuk membukanya. Kebahagiaan saling berkejaran melintasi cakrawala diriku. Tapi, aku tak menemukan bukunya.Â
Jangan terlalu serius, mari ngopi bareng (Ngobrol perkara imajinasi) bersama keluarga tercinta.Â
Salam Kompasiana
Kapuk Pulo, 16 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H