Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cinta Philia

12 Agustus 2020   23:10 Diperbarui: 12 Agustus 2020   23:35 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu quotes dari novel saya,"Manusia hidup dalam dua dimensi, yaitu dimensi terang dan gelap. Dimensi kelahiran dan kematian. Manusia tak pernah memilih keluarga, tempat dan negara di mana ia dilahirkan. 

Yang terpenting bagi manusia adalah menghargai arti dan makna kehidupan." Hidup hanyalah sebatas laboratorium eksperimen. Manusia bereksperimen dalam mencari segala apa yang ada di semesta. 

Salah satu eksperimen manusia adalah mencintai. Cinta itu apa? Tentu paradigma cinta dari setiap orang akan berbeda. Karena setiap orang bebas bereksperimen tentang cinta.

Saya tidak tahu istilah cinta pertama kali diungkapkan oleh siapa? Lalu, di mana? Alasan pengungkapan istilah cinta itu apa? 

Akan tetapi, saya pernah membaca karya para filsuf Yuanani kuno yang membahas mengenai 3 cinta yang menghidupi manusia. Ketiga cinta itu antara lain, cinta eros, philia dan agape. Saya hanya membahas cinta philia. karena cinta philia bagi saya adalah gerbang menuju kepada keharmonisan. 

Saya mencintai orangtua, sesama dan lingkungan atas dasar cinta philia. Saya tidak tahu, jika seandainya cinta philia tak ada. Bagaimana kehidupan manusia? Saya merasakan cinta philia semenjak berada di dalam keluarga, kampung halamanku terutama bumi pertiwi. Sejauh mata memandang, ada hamparan sabana, lembah, pegunungan yang selalu melemahkan stadion memoriku. 

Tapi, ujian terberat cinta philia yang saya rasakan adalah penjara rahim 2020. Di mana saya jauh dari orangtua, kampung halamanku demi mencari sepiring nasi untuk keluarga dan masa depanku. Saya dipenjara oleh kehilangan segalanya selama di tanah rantau. Saya hidup apa adanya. 

Saya tak pernah memilih untuk mendustai hakekat cinta philia. Saya melihat ribuan orang kehilangan harapan hidup, stres menusuk kalbu, pertengkaran meledak berirama ledakan asmara cinta philiaku. Saya merasakan bagaimana saudara-saudara perantau terjebak dalam utang, cicilan yang semakin menumpuk. 

Sementara teror emosional, fisik dan finansial membanjiri kehidupan para perantau. Air mata penderitaan tak pernah habis oleh waktu dan ruang. Walaupun mereka tersenyum, tapi sinar mata mereka tak bisa membohongi semesta.

Saya melihat adanya ego dan superego dari penjara rahim 2020 yang tak bisa dielaborasikan dalam cinta philia. Saya mencari jalan menuju kesederhanaan hidup. Akan tetapi, usaha untuk menjalani hidup sederhana, hanyalah menemui masalah. Saya melihat masalah akan selalu ada sejauh manusia dikuasai oleh hukum idustri.

Cinta philia berusaha untuk menyusupi lorong-lorong tersempit labirin semesta. Akan tetapi, cinta philia selalu terantuk pada ego dan superego manusia abad 21. 

Saya merasa manusia abad 21 telah dibutakan oleh superego. Memang benar. Karena sejatinya manusia adalah makluk yang selalu bernafsu untuk menguasai orang lain. Segala cara dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan kebahagiaan. Walaupun Plato dalam etika nikomache mengatakan bahwa tujuan tertinggi dan terakhir dari pencarian manusia adalah kebahagiaan. 

Lalu, kebahagiaan yang seperti apa? Entahlah sebab tiada seorangpun yang tahu apa itu kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebab manusia selalu tak puas dengan karier dan percintaan.

Karier dan percintaan merupakan nafsu terganas manusia abad 21. Melawan nafsu adalah jalan menuju batu nisan setiap orang. Karena hidup tanpa nafsu adalah kematian. Nafsu cinta philia adalah jalan menuju kepada kemerdekaan batin. 

Oleh sebab itu, setiap orang harus membangkitkan nafsu philia dalam kehidupan bersama. Cintai philia akan selalu menyejarah bersama keluarga dan orang-orang yang anda cintai dalam kehidupan ini.

Akhirnya, tersenyumlah sobat, walau dunia tak bersahabat. Namun, cinta philia akan selalu menemani kisah penjara rahim 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun