Mohon tunggu...
Fredrik Dandel
Fredrik Dandel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang ASN yang terpanggil kuat dalam Pelayanan Kerohanian, hingga dapat menyelesaikan pendidikan S1 Theologia dan sekarang sedang melanjutkan Studi S2 Pastoral Konseling pada STT Bethel Indonesia Jakarta.

Selagi aku diperkenankan Tuhan untuk melayani, maka aku akan membaktikan hidup ini untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Maka lakukanlah segala sesuatunya untuk Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tafsiran Amsal 6:1-5

29 Desember 2021   19:29 Diperbarui: 29 Desember 2021   19:33 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AMSAL 6 : 1 - 5 1 

Hai anakku, jikalau engkau menjadi penanggung sesamamu, dan membuat persetujuan dengan orang lain; 2 jikalau engkau terjerat dalam perkataan mulutmu, tertangkap dalam perkataan mulutmu, 3 buatlah begini, hai anakku, dan lepaskanlah dirimu, karena engkau telah jatuh ke dalam genggaman sesamamu: pergilah, berlututlah, dan desaklah sesamamu itu; 4 janganlah membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu mengantuk; 5 lepaskanlah dirimu seperti kijang dari pada tangkapan, seperti burung dari pada tangan pemikat. 

Dalam menafsir Kitab Amsal, pertama sekali kita harus memahami tema teologi sebagai pagar pengaman, yakni : Kitab Amsal adalah Konsep "Makmur". Kemudian Prinsip-Prinsip penafsiran : Pada Amsal 6 : 1 -- 5 di atas, merupakan paralisme sinonim bukan paralisme antitetik., maupun sintetik. Dimana baris kedua mengulang pengertian yang sama di baris pertaman dengan makna yang sama / mirip. 

Paralisme sinonim berdasarkan versi saya sendiri untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut : 

1. Kondisi apa yang dialami oleh "si anak" ? 

2. Apakah yang disarankan oleh penulis Amsal jika "si anak" mengalami kondisi demikian ? 

3. Pilih 3 kata kunci dalam memahami teks ini ! 

4. Apakah kegunaan ayat 4 dalam keseluruhan 6 : 1 -- 4 ? 

5. Jelaskan peran bahasa kiasan "kijang" dan "burung" dalam memahami teks ini. 

Pertama : Kondisi yang dialami '"si anak" terletak pada pasal 1 dan pasal 2 : menjadi penanggung sesamamu, membuat persetujuan dengan orang lain; terjerat dalam perkataan mulutmu, tertangkap dalam perkataan mulutmu, 

dimana ungkapan "penanggung sesama" sejajar dengan arti "membuat persetujuan dengan orang lain" dan kata "terjerat" sejajar dengan arti "tertangkap". Yang mengindikasikan suatu perbuatan lalai atau gegabah atau kurang perhitungan yang dibuat oleh "si anak" sehingga menyebabkannya berada dalam kondisi seperti tersebut di atas. 

Kedua : Saran oleh Penulis Amsal jika "si anak" mengalami kondisi demikian, terletak pada pasal 3 sampai pasal 5 : lepaskanlah dirimu, pergilah, berlututlah, dan desaklah sesamamu itu; janganlah membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu mengantuk; lepaskanlah dirimu seperti kijang dari pada tangkapan, seperti burung dari pada tangan pemikat. 

Ketiga : 3 kata kunci untuk memahami teks ini, adalah sebagai berikut : penanggung, (ay.1), terjerat (ay.2) dan lepaskan (ay.3). 

Keempat : kegunaan ayat 4 dalam keseluruhan 6 : 1 -- 4 adalah : merupakan pengulangan dan penegasan dari ayat 3, tentang saran dari penulis Amsal kepada "si anak" yang mengalami hal sebagaimana pada ayat 1 dan 2. Supaya ia harus dengan sungguh-sungguh menyikapi persoalan hidup yang dia alami, tidak dengan cara santai. 

Kelima : peran bahasa kiasan "kijang" dan "burung" dalam memahami teks ini adalah : menggambarkan suatu kondisi bebas / lepas sebagaimana "Kijang" yang adalah merupakan representasi binatang darat yang sangat lincah dan gesit dalam membebaskan dirinya dari perangkap atau kejaran musuhnya, serta sebagaimana "burung" yang merupakan representasi binatang di udara yang gesit dan bebas untuk terbang semaunya. 

Kesimpulannya : 

Melalui Amsal 6 : 1 -- 5, Penulis (Salomo, seorang yang penuh hikmat Allah) mengajarkan kepada kita supaya dalam bertindak kita selalu harus berhati-hati, waspada, perlu banyak pertimbangan, bijaksana, penuh dengan hikmat, dan tidak bodoh, sehingga kita tidak menjadi penanggung sesama (sebuah adat yang kuat di Israel, yang banyak ditentang penyalahgunaannya; Amsal 11:15, 17:18; 20:16; 22:26-27), terjerat dalam berbagai masalah yang disebabkan oleh keteledoran perkataan mulut dalam menyampaikan sesuatu. 

Namun jikalaupun kita karena kebodohan atau keteledoran kita sendiri telah terjerat dengan permasalahan hutang sebagaimana tersebut diatas, maka Penulis Amsal memberikan nasihat kepada kita agar supaya kita berusaha untuk keluar dari jerat itu secepat mungkin, tidak membuang-buang waktu lagi, tidak menyayangkan tenaga, dan segera membereskan permasalaan-permasalahan kita. Lebih baik merendahkan diri untuk mendapatkan kemudahan daripada menghancurkan diri kita sendiri karena kebebalan dan keangkuhan kita. Desaklah sesamamu itu, yakinkanlah temanmu itu dengan melepaskan dirimu dari ikatan-ikatannya. 

Jika kita harus berupaya untuk menghapuskan utang-utang kita kepada sesama manusia, maka terlebih lagi kita harus berupaya untuk berdamai dengan Allah. Rendahkanlah dirimu kepada-Nya, pastikanlah bahwa Kristus adalah temanmu, menjadi Pengantara bagimu. Berdoalah dengan sungguh-sungguh agar dosa-dosamu diampuni, dan kita tidak dibiarkan terjerumus ke dalam lubang kebinasaan. Janganlah membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu mengantuk, sampai semua ini dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun