Jika kita menyadari bahwa konflik dalam rumah tangga itu tidak bisa dihindari, maka satu-satunya cara yang dapat kita lakukan adalah menghadapi konflik tersebut dan mau berupaya untuk mengatasinya, atau dengan kata lain kita berusaha untuk “mengubah konflik menjadi berkat” sehingga kebahagiaan dalam pernikahan akan tetap dapat kita nikmati bersama pasangan suami atau isteri kita, dan kita terhindar dari sesuatu keputusan yang membuat kita lebih menderita.
Jaliaman Sinaga, dkk (2015), menawarkan tujuh langkah mengubah konflik menjadi berkat berdasarkan Firman Tuhan, yaitu : Meminta hikmat dari Tuhan; Memiliki sikap mau belajar; Membangun komunikasi; Mengintrospeksi diri; Memiliki jiwa besar; Mempersingkat konflik; dan Mengendalikan Emosi. Tujuh langkah tersebut jika kita implementasikan dengan baik, tentunya akan membawa kita keluar dari konflik yang berkepanjangan.
Konflik memang tidak bisa kita hindari, namun sesungguhnya konflik dalam pernikahan itu bisa saja kita minimalisir. Beberapa hal yang dapat kita lakukan uintuk meminimalisir konflik dalam pernikahan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Memiliki Hidup Yang Bergaul Karib dengan Tuhan.
Seorang yang memiliki hubungan karib dengan Tuhan, pasti akan mampu mengendalikan dirinya melakukan sesuatu yang tidak berkenan kepada Tuhan dan sesama. Bergaul karib dengan Tuhan dibuktikan dengan pemberian waktu setiap hari menyembah Tuhan, berdoa dan membaca kebenaran Firman Allah.
2. Berusaha Meluangkan Waktu Bersama Pasangan.
Beberapa keuntungan ketika suami dan isteri memiliki waktu untuk bersama, adalah : Terjalinnya komunikasi yang baik antara suami dan isteri; Menumbuhkan perasaan cinta kasih kepada pasangannya, dan Jika memilki masalah akan dapat dicarikan solusi untuk memecahkan permasalahan yang dialami oleh pasangan.
3. Menciptakan suasana yang harmonis, penuh kasih sayang dan perhatian.
Dengan menciptakan suasana yang harmonis, penuh kasih sayang dan perhatian, akan membuat pasangan suami isteri itu menjadi bahagia dan terhindar dari percekcokan. Pasangan suami isteri perlu memiliki selera humor, dan boleh mencoba untuk mempraketakan itu ketika mereka sedang bersama.
4. Membangun komitmen untuk saling mengasihi dan saling percaya.
Kasih Kristus merupakan dasar hidup suami isteri (Ef. 5 : 22-33). Jika kita menyadari bahwa Kristus mengasihi kita dan mau berkorban bagi kita, maka demikianpun selayaknya kita memperlakukan pasangan hidup kita. Dengan membangun komitmen untuk saling mengasihi dan saling percaya, potensi konflik akan dapat diminimalisir.