Mohon tunggu...
Fredric Chia
Fredric Chia Mohon Tunggu... Editor - Fredric Chia adalah praktisi Feng Shui, pembaca tarot, dan penulis budaya Tionghoa yang tinggal di Kalimantan. Dia melayani konsultasi Feng Shui dan Tarot online untuk orang yang penasaran secara spiritual. Sejak diluncurkan pada tahun 2016, Fredric telah membantu ratusan wanita dalam mengatasi ketakutan mereka dalam mengikuti impian mereka melalui konsultasi spiritual, berkat, dan layanan curhat.

Halo, saya Fredric! Saya seorang Praktisi Feng Shui, Tarot Reader, dan Chinese Cultural Writer yang saat ini menjelajahi dunia untuk menyebarkan kasih dan kebenaran! Saya menemukan apa yang telah saya lewatkan dalam hidup, apa yang bisa saya lakukan lebih baik, dan saya Senang berbagi rahasia saya dengan Anda.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Membongkar Misteri Hilangnya Imar Mulyani Alias "Sang Peramal" (Resensi Buku)

30 April 2021   14:25 Diperbarui: 30 April 2021   15:01 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pernahkah kalian baca Buku, Artikel, TV atau Media Cetak yang memuat informasi Ramalan dan Zodiak-Zodiak setiap bulannya yang dirilis oleh peramal terkenal, mungkin kalian penasaran dan akhirnya terjerumus untuk percaya apa yang disampaikan oleh peramal.

Melalui bacaan yang berjudul “Sang Peramal” dengan bergenre urban thriller yang mengkisahkan Imar Mulyani alias “Sang Peramal” yang sering membawakan acara membaca nasib bencana alam, skandal artis, tokoh terkenal seperti pejabat, ataupun membacakan hal yang buruk-buruk melalui Kartu Tarot di Acara TV, Kartu Tarot merupakan kumpulan dek kartu yang menggambarkan simbol dan ilustrasi biasanya  digunakan untuk membacakan gambaran atau prediksi ke target kliennya.

Dari cover yang menggambarkan kartu tarot, sangkar burung, secangkir teh. Judul buku yang hanya 2 kata tapi sangat menarik untuk diulik dengan khas warna merah, nila dan violet yang terkesan sangat magic, saya kira itu berdasarkan kisah nyata seorang peramal atau based on true story seperti Mbak You, Roy Kiyoshi, Filo Sebastian atau Denny Darko, tapi kalau soal ramal-meramal menjadi gimmick bagi yang percaya dengan hal begituan demi mengejar reputasi dan polularitas tapi, buku yang ditulis oleh Chandra Bientang hanyalah fiktif belaka.

Foto : Dok. Fredric Chia
Foto : Dok. Fredric Chia
Kembali ke Imar Mulyani, di dalam cerita di awal chapter, Imar tiba-tiba mendadak hilang ketika di tengah-tengah perjamuan makan malam yang dia selenggarakan, kasus hilangnya Imar Mulyani alias sang peramal menjadi misterius sehingga pihak kepolisian untuk menemukan identitas korban merasa kesulitan untuk melacaknya. 

Pada saat menyelidiki dan menggeledah rumah beserta kamar Imar Mulyani, polisi menemukan pakaian dan suvernir pesta di kamarnya, Kumpulan koleksi koran dan majalah lama 10 tahun lalu yang sudah tergunting bagian, dan uang tunai di balik ubin lantai.

Untuk memecahkan kasus di balik hilangnya Imar Mulyani, hanya anaknya Yasmin yang akan memecahkan teka-teki hilangnya ibunya si Imar Mulyani. selain Yasmin, Berberapa tokoh lainnya yang akan membantu Yasmin diantaranya Phil yang seorang pria bule dari Australia dan rekannya Pramista, saksi korban imar, Sebastian dan Rinjani, dan ada berberapa tokoh antagonis yang menjadi dalangnya kasus Imar, diantarnya Bude Nik, Pakde Yo dan Meliana yang merupakan Ibu Sebastian.

Hilangnya Imar Mulyani harus berakhir dengan pembunuhan secara tragis, Meliana bekerjasama dengan Bude Nik untuk merencanakan pembunuhan dengan mengajak Imar ke Kedai Bude Nik,

Di kedai itulah Bude Nik tewas meminum racun dan meninggalkan bekas-bekas darah di tergeletak meja dan dikuburkan di sekitar pohon belimbing. 

Menurutku, seandainya Imar tidak terjerumus terjebak dalam bahaya maut, mungkin Imar akan mengalami dejavu atau menggunakan kekuatan indigo pada batinnya sehingga imar bisa menghindari ajakan dari Bude Nik dan Meliana yang ujung-ujungya sebuah jebakan.

Foto : Dok. Fredric Chia
Foto : Dok. Fredric Chia

Pelajaran dari si Imar, ketika menjalankan profesi sebagai peramal (zaman sekarang sebagai konselor, praktisi) jagalah citra nama baik klien termasuk privasi klien, perhitungkan seribu kali sebelum berucap dan menyampaikan pesan atau informasi ke klien termasuk hal-hal yang buruk, karena setiap klien itu mempunyai sifat dan watak yang berbeda bisa saja klien kecewa atau sakit hati dengan peramal. Sehingga apa yang diperbuatkan kemungkinan bisa rentan hilangnya respek dan kepercayaan, ujaran kebencian (hate speech), merusak pertemanan dan berujung dengan hal-hal yang beresiko dan terancam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun