Mohon tunggu...
Frederico Hurtado
Frederico Hurtado Mohon Tunggu... -

dream catcher... life enjoyer... surroundin' observer... traveller-wannabe... manchester united fanatic.. fun lovin' dad...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seharusnya Kita Berterima Kasih kepada Gayus Tambunan...

30 Maret 2010   03:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_105977" align="alignleft" width="150" caption="gayus & wife"][/caption] Seharusnya kita berterima kasih dengan Gayus Tambunan.. Ia seperti membukakan mata kita akan betapa boroknya para pelayan publik itu.. Saya jadi berpikir secara awam, apa kerjanya orang pajak itu.. Yang bayar pajak kita, mereka menerima duit saja mana bayar pajak (PNS tak kena pajak penghasilan!) Yang ngisi SPT kita, mereka tinggal terima.. apakah diverifikasi SPT kita? Well.. hanya Tuhan & mereka yang tahu. Gaji (pajak & depkeu pada umumnya) mereka lebih tinggi dari standar PNS lainnya, lalu kenapa mereka msh juga berlaku korup? Salahnya dimana? Pembinaan yang sekedar saja? Rekrutmen yang kental aroma titipan dan kongkalikong? Pengawasan yang mandul? Seharusnya pula kita berterima kasih kepada Gayus Tambunan.. Ia seolah membukakan bahwa sejatinya Indonesia memang negara koruptor. Di sini koruptor bagai pesohor bukan sebagai pesakitan Survey dari manapun juga, TII ataupun PERC atau manapun, kejadian ini telah “mengejawantahkan” atau “mensahkan” hasil yang mereka telaah atas gelagat bangsa ini. Bahwa yang terjadi sesungguhnya adalah cerita lama bangsa ini. Ironisnya sering tanpa kita sadari kita seperti memahfumkan hal tersebut. Kita sering berkata “Kamu nikah sama dia saja lah! Dijamin masa depan terjamin.. Dia kan kerja di Pajak.. Mobilnya 5, rumahnya 3, dapat pensiun, de el el.. Dia pasti mau biayain bapak nanti naik haji” Bukan malah berkata “Koq dia semenjak kerja di Bea Cukai bisa kontan kaya mendadak gtu ya? Tampangnya sih religius, apa iya ngepet? Kamu hati-hati berteman dengan orang yang gak jelas gtu rejekinya” Kita seperti sangat permisif atas kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di mata kita sendiri. Seharusnya memang kita harus berterima kasih atas “jasa” Gayus Tambunan... Ia seolah menginformasikan bahwa para petinggi negara itu gagal (atau sengaja menggagalkan?) mereformasi kelapukan mental para pelayan publik itu. Lihat jajaran legislatif. Anggota DPR rutin jadi headline dalam kasus korupsi. Yudikatif pun tak kalah buruk rupa. Ingat jaksa Urip Tri Gunawan yang bilang US$ 6,000 dari Arthalita utk buka bengkel? Itulah nikmatnya hubungan simbiosis mutualisma antara penegak hukum & pengusaha. Ingat pastinya donk cerita Suyitno Landung. Yang paling gres dari jajaran eksekutif adalah berbondong-bondongnya para "raja kecil" di daerah-daerah yang terlibat pengadaan DAMKAR. Pasti ngeh donk ada eks Mensos tersangka 3 (bukan satu tapi TIGA!!!) perkara korupsi. Menkeu sesungguhnya telah gagal mendidik para jajarannya. Ingatkah beberapa waktu lalu, Bea Cukai Tanjung Priok “digrebek” tim gabungan KPK & Depkeu. Hasilnya? Voila! Transaksi kongkalikong para keparat eh.. aparat Bea Cukai dengan pengusaha pun terbuka dengan sangat telanjangnya. Lalu apa donk hasilnya Reformasi Birokrasi itu? Di mana suara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara? Di mana suara Presiden yang dulu kencang membawakan pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu? Seharusnya kita patut berterimakasih atas “kinerja” Gayus Tambunan... Karena kita baiknya sekarang bertanya pada diri sendiri : “Apakah saya mau bangsa ini menjadi lebih baik?” Kalo iya, mulailah betul-betul cermat melihat sekeliling kita & menjadi kritis. “Pak RT, tetangga baru sudah lapor pindah ke sini kah? Katanya PNS golongan III, wah koq mobilnya Alphard? PNS dmana, pak RT?” “Apa? Saya harus bayar segitu tidak pakai kwitansi supaya bisa jadi cepat dokumennya?” “Pak Polisi, kalau saya salah, tilang saja. Mana tiket birunya?” “Temen kamu itu bapaknya kerja di mana? Koq masih SMA dah bawa sedan sama kayak boss bapak yang bule itu?” “Wah si jeung hebat juga ya... Suaminya mentang-mentang dah jadi Kepala Biro, tapi tasnya Louis Vuitton terbaru neh...” Ngomong-ngomong si Gayus kemana seh? Saya mau ngasi “ucapan terima kasih” neh.. :P

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun