Mohon tunggu...
Fredi Yusuf
Fredi Yusuf Mohon Tunggu... Insinyur - ide itu sering kali datang tiba-tiba dan tanpa diduga

selalu bingung kalo ditanya, "aslinya orang mana?".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Punk Rock Star Terkena Covid-19

16 April 2021   14:09 Diperbarui: 16 April 2021   14:34 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ambo memang Punk Rock Star. Tapi ketika harus diisolasi karena covid macam iko. Bukan ajo kesehatan fisik ambo ajo yang keno, tapi mental ambo jugo keno. Bayangin hampir setiap malam anak ambo video call, sambil membaca puisi-puisi yang ditulisanya. Tarumuak jugo ati ambo mendengarnyo" ucap suara diujung telpon yang terdengar lirih.

-o0o-

Sore itu telpon genggamku berdering. Kebetulan banget, aku sedang ada disisinya. Karena biasanya, dia ada didalam tas, ketinggalan di mobil, terselip disela-sela kursi, tetap dikantong celana tapi sempat masuk mesin cuci, bahkan pernah ketinggalan di hutan.

"Kamu beruntung" ucapku dalam hati sebelum mengangkat telpon.

"Ambo ado sesuatu yang bisp menginspirasi kau untuk menulis" ujar suara diujung telpon.

"Apo tu"

"Ambo keno covid bro" jawabnya.

"Hah... dak hebat berarti kau ni. Masak Rock Star biso keno covid."

Aku menyahut sekenanya, karena suara diujung telpon adalah suara sohibku yang selalu bikin heboh, baik di dunia nyata (waktu itu) maupun di dunia maya (saat ini). Iya... aku sudah mengenalnya lebih dari dua decade. Kala itu kami sempat bikin heboh "blantika musik kampus". Bagaimana tidak, aku dan seorang temanku yang sebelumnya gak pernah kenal alat masik, tiba-tiba bisa naik panggung membawakan lagu-lagu beraliran rock, karangan sendiri pula. Itu semua gara-gara ulah Mamang Itu.

"Iyo, kini ambo diisolasi dan dirawat di Rumah Sakit" suaranya terdengar sedikit parau seperti  menahan sedih.

"Ambo memang Punk Rock Star. Tapi ketika harus diisolasi karena covid macam iko. Bukan ajo kesehatan fisik ambo ajo yang keno, tapi mental ambo jugo keno. Bayangin hampir setiap malam anak ambo video call, sambil membaca puisi-puisi yang ditulisanya. Tarumuak jugo ati ambo mendengarnyo" lanjutnya.

"Makonyo, ambo butuh kawan. Kawan ngobrol untuk berbagi cerita, dan mungkin selama ambo diisolasi ni, ambo bakal banyak mengganggu kau untuk sekedar berbagi cerita" lanjutnya lagi.

Mmm... sepertinya Mamang Itu serius dan butuh curhat. Biasanya, sekali-kali nelpon, Mamang Itu cuma ngajak bercanda dan bernostalgia tentang masa lalu yang lucu-lucu.

"Kau keno dari mano?" aku pun mulai bicara serius.

"Waktu itu adik ipar ambo demam dan batuk. Setelah diswab, ternyato dio positif covid. Kami pun serumah-rumah, mulai dari ambo, bini ambo, anak, sampai mertuo di swab jugo. Hasilnya, yang positif cuma ambo, yang lain alhamdulillah negatif" tuturnya.

"Mmm... berarti kau lemah" kalimat candaan itu hanya tertahan di dalam hati.

Bagaimanapun aku pernah diposisi itu. Tinggal di tempat isolasi gara-gara kontak erat dengan kawan yang ternyata postif covid. Secara fisik aku baik-baik saja, karena setiap hari mendapat asupan makanan bergizi, minum vitamin dan rutin berolah raga. Tapi mentalku sempat kena. Gara-garanya setelah dirapid test, dari 10 orang kawan yang kontak erat, cuma aku yang dinyatakan reaktif. Akibat hasil rapid test itu, kawan-kawanku, dan aku sendiri, mulai menjaga jarak. Tapi Alhamdulillah setelah dilakukan swab PCR, yang waktu itu harus menunggu hasilnya berhari-hari, hasil swabnya dinyatakan negative.

"Macam mano kondisi kau kini? Pasang inpus jugo kah?" tanyaku.

"Awalnya demam dan batuk, sempat dipasang inpus, karno katonya itu prosedur, dan katonyo ambo butuh hasupan makanan dan gizi melalui inpus. Tapi jiwa Punk ambo berontak, ambo suruh perawat untuk melepas impusnya. Ambo kecek ke tobo tu, 'kalau saya diinpus, saya akan tambah sakit, karena saya jadi merasa terpenjara. Lepaskanlah, niscaya aku akan baik-baik saja dan cepat sembuh'. Ternyata kemampuan diplomasi yang ambo miliki, mampu mempengaruhi tobo tu untuk melepas inpusnya."

"Waktu diinpus tu ambo teringat Greenday, ingat video klip Basket Case, ambo ngeraso jadi B.J. Amstrong" lanjutnya.

Mmm... Kalau Mamang Itu sudah mengeluarkan beberapa kata kunci seperti punk, greenday, dan B. J. Amstrong, sepertinya Mamang Itu mulai membaik. Syukurlah.

"Memang ketika kawan kau keno covid apo yang dio rasokan?" Mamang Itu balik bertanya.

"Mmm... ambo pernah tanyo ke kawan yang keno covid. Seperti apo rasonyo? mano yang lebih merasai antara keno covid atau keno malaria?. Apa jawabnya. 'Jauh... waktu keno malaria, kepala sakit, pusing raso melayang-layang, perut mual, muntah-muntah, menggigil hebat, pokoknya tubuh ini terasa jungkir balik balik dibuatnya. Tapi waktu keno covid ni, hanya sedikit demam dan batuk ringan' itu keceknya. Tapi memang kawan itu masih mudo, dan fisiknya mungkin kuat. Tapi mungkin kejadiannyo akan bebeda kalau keno di orang tuo."

"Kau pernah dengar berita siswa pendidikan polisi, dan ado jugo pendidikan tentara yang keno covid. Ketika diswab rombongan tu memang postif, tapi rombongan tu secara fisik dak merasokan apo-apo" lanjutku.

"Mungkin virusnyo takut nengok tobo tu kekar-kekar" timpalnya.

"Bisa jadi. Tapi intinya, secara fisik orang tu sangat sehat, karena makan dan olahraganya teratur, sehinggonyo imun dibadannyopun kuat. Jadi ketiko virus tu menyerang, dak ado teraso apo-apo. Nah, itu jugo yang diharapkan kek kau. Badan kau tegap, gagah. Padek maen bola macam Shevchenko, walaupun kelasnya cuma di Pantai Panjang. Wajah mirip artis. Mirip Gugum Project Pop. Mungkin adolah demam dikit, batuk dikit. Tapi dengan jiwa punk kau yang ingin selau berontak, harapannya, kalaupun virus tu masuk, dak akan memberi efek berarti terhadap badan kau" aku mencoba memberikannya semangat.

"Terus bro, kecek orang, perasaan bahagia dan semangat yang tinggi bisa mempercepat proses penyembuhan. Jadi tetaplah semangat, jadikan moment di ruang isolasi ni jadi moment yang membuat kau produktif, bawa kertas dan pena yang banyak. Tulislah puisi, lagu, cerpen atau atau apapun, surat cinta untuk mantan pun boleh. Kau kan pernah declare, kalau urasan kimia tanah, biologi tanah dan sejenisnya kau memang dak tetarik, tapi kalau urusan seni, urusan music kau jenius" lanjutku.

Aku teringat waktu di Kampus dulu, Mamang Itu sering mendeklarasikan diri untuk urusan music lebih jenius dari Ahmad Dhani. "Ahmad Dhani bisa produktif menciptakan lagu karena punya studio megah untuk berbagai eksperimennya. Sedangkan ambo bisa membuat lagu dengan perangkat seadanya, bahkan dengan gitar rusak yang hanya memiliki dua senar, banyak lagu yang bisa ambo ciptakan. Jadi ambo lebih jenius dari Ahmad Dhani" itu katanya waktu itu.

"Iyolah bro, suaro ngaji di Masjid sudah terdengar. Bentar lagi waktunya berbuka. Tempat ambo mungkin lebih cepat sekitar 10 menit dari tempat kau" suara ngaji memang mulai terdengar dari Masjid dekat rumahku

"Oke bro, selamat berbuka. Mungkin ambo akan mengganggu kau lagi, kalau ambo suntuk disiko"

"Siap bro, aman itu. Tetap semangat. Buatlah lagu yang banyak untuk kita mainkan suatu hari nanti. Cepat sembuh ya"

"Oke Sip... Assalamu'alaikum" Mamang itu mengakhiri percakapan kami.

-o0o-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun