Jalanan membelah hutan ini cukup licin, mengingat semalaman tadi diguyur hutan. Tak terhitung pacet yang menggigit betis, pinggang bahkan leher. Sesekali kami harus melintasi sungai dengan arus yang cukup besar.
Pada sebuah pendakian yang cukup tinggi, nafasku mulai terengah dan mataku mulai berkunang-kunang. Aku duduk berselelonjor sambil bersandar disebuah pohon, sejenak beristrirahat sambil mengatur jalan nafasku.
"lai aman bang" sebuah suara berbisik disampingku menggunakan Bahasa Minang.
"Oh, kamu Zola, aku pikir tadi Zackia Arfan" selorohku.
"Siapa tu Zackia Arfan, mantan pacar Abang ya"
"Aaarcgh... kamu, masa nggak tahu. Makanya jangan nonton drakor melulu"
Dalam kondisi letih dan cukup menegangkan seperti ini, bercanda bukanlah hal yang buruk. Bahkan bisa memulihkan tenaga dan menenangkan jiwa.
Tapi iya, aku merasa mulai kedodoran melintasi medan seperti ini. Maklumlah perutku mulai buncit, karena cukup lama tak turun ke lapangan. Sementara Zola, yang perawakannya ramping seperti News Anchor Metro TV itu, terlihat tetap bugar.
Menjelang matahari tenggelam, kami tiba di Desa Long Nyapa. Desa yang tengah hutan yang dihuni tidak lebih dari 40 kepala keluarga tersebut, terlihat cukup tertata dan begitu asri. Kepala Desa dan penduduknya mulai dari orang dewasa hingga anak-anak seakan menyambut kami dengan riang gembira.
Bahkan keesokan harinya, ketika Zola, Mas Kardi, Oggy dan Diana didampingi beberapa orang desa yang akan memandu, menuju titik pengamatan dan akan ngecamp selama sekitar 2 minggu lamanya didalam hutan. Hampir seluruh penduduk desa turut melepas kepergian mereka, dengan sedikit seremoni berupa sambutan Kepala Desa dan Do'a bersama.
Zola dan rombongan pun, pergi meninggalkan kami dan desa ini, lalu perlahan tak lagi Nampak dipandangan kami.