Mohon tunggu...
Fredi Yusuf
Fredi Yusuf Mohon Tunggu... Insinyur - ide itu sering kali datang tiba-tiba dan tanpa diduga

selalu bingung kalo ditanya, "aslinya orang mana?".

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Asap dan Kebakaran Lahan Gambut di Jambi

9 September 2015   09:18 Diperbarui: 9 September 2015   09:57 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Sofyan Specialist Remote Sensing KKI WARSI, ada kecenderungan munculnya hot spot di konsesi perusahaan perkebunan kelapa sawit maupun di konsesi perusahaan HTI terjadi di lahan yang belum diolah. Sedangkan untuk lahan yang sudah diolah menjadi kebun atau HTI, hot spot relative tidak lagi muncul.

Kajian Sofyan dilakukan dengan metode ovelay dari serial data citra satelit landsat, dan serial data hot spot satellite Terra dan Aqua milik NASA dengan tingkat kepercayaan 85%, serta peta izin konsesi perusahaan. Untuk serial data satelit menggunakan data tahun 2012, 2013 dan 2014.

[caption caption="Hamparan lahan gambut yang terbakar"]

[/caption]

“Dari kecenderungan tersebut, ada indikisadi bahwa kebakaran lahan yang terjadi dilakukan secara terpola dan terencana” ujar Sofyan.

Pengakuan mengejutkan justru terungkap dari pernyataan seorang manajer konsesi perusahaan kelapa sawit. Menurut manajer yang enggan disebut namanya tersebut, kebakaran yang terjadi di lahan milik konsensi perusahaan adalah sebuah kesengajaan.

“Adalah bohong jika ada yang mengatakan kebakaran lahan terjadi secara alami” ujar sang manajer.

Menurut manajer yang memiliki pengalaman malang melintang diberbagai perusahaan besar ini, kebakaran lahan yang terjadi diperusahaan dilakukan dengan sengaja saat mereka melakukan aktivitas land clearing (pembukaan lahan). “Melakukan land clearing dengan cara membakar lahan, merupakan upaya penghematan biaya yang dilakukan perusahaan” ujar sang manajer.

Sang manajer menambahkan, untuk melakukan land clearing tanpa pembakaran lahan dibutuhkan waktu sekitar tujuh hingga delapan bulan. Namun jika dilakukan dengan pembakaran, aktivitas land clearing bisa diselesaikan hanya dalam waktu satu bulan saja.

“Bayangkan, berapa besar pengusaha bisa menghemat anggaran” tandas sang manajer.

Ironi memang. Ketika ada banyak penerbangan tertunda akibat asap kebakaran hutan, ada banyak orang yang sakit karenanya, bahkan sekolah harus diliburkan akibatnya. Semua orang mengutuk dengan berbagai umpatannya. Tapi segelintir orang justru tertawa dan mengambil keuntungan dari semua itu.

Kebakaran di lahan gambut tidak saja mengakibatkan kerugian ekonomi secara finacial semata, namun ada juga kerugian ekologi yang dampaknya juga luar biasa dahsyat. Bahkan jika dikonversi kedalam hitungan ekonomi, kerugian ekologi ini jumlahnya bisa mencapai triliyunan rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun