Mohon tunggu...
Fredi Manik S.Pd.Gr.
Fredi Manik S.Pd.Gr. Mohon Tunggu... Psikolog - Guru

Sederhana, Bijaksana, care, dan Berempati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Stres Peserta Didik di Masa Sekolah Karena Tuntutan Akademik dan Prestasi Akademik

21 November 2024   09:48 Diperbarui: 21 November 2024   10:11 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Stres merupakan suatu keadaan yang dialami oleh manusia ketika ada sebuah ketidak sesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Looker & Gregson, 2005). Sedangkan menurut Sahu, Pandey dan Jha (dalam Sharma & Pandey, 2017) mengatakan stres akademik adalah sesuatu yang menimbulkan tuntutan tambahan pada kemampuan individu untuk coping, seringkali dengan stres akademik kebanyakan siswa merasa stres dimasa sekolahnya.

Menurut Rasmun (2004), stress dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Stress ringan, dimana pada tahap ini stress sering terjadi dalam kehidupan dan hanya berlangsung Selma beberapa jam saja. Stress tahap ini tidak berpengaruh pada aspek fisiologis seseorang. Stress ringan biasanya dirasakan oleh setiap orang, misalnya lupa, ketiduran atau dikritik. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit, kecuali jika dihadapi secara terus menurus. b. Stress sedang, biasanya stress berlangsung lebih lama dibandingkan stress ringan. Stress tahap ini sudah berdampak pada fisik maupun psikologis seseorang. Contoh stress sedang yaitu kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, atau anggota keluarga yang pergi untuk waktu yang lama. c. Stress berat, yairu stress kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Contoh stressor yang menimbulkan stress berat adalah hubungan suami istri yang harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.

Menurut Gadzella dan Baloglu (dalam Aryani, 2016) stress pada siswa dapat bersumber dari dua, yaitu:

a. Stres yang bersumber dari faktor internal, meliputi:

1) Frustasi. Frustasi terjadi terjadi apabila tujuan dalam hidup memiliki hambatan dalam pencapaiannya. Dimana frustasi dapat bersumber dari dalam dan luar individu.

2) Konflik. Konflik muncul ketika siswa berada di bawah tekanan untuk memilih terhadap dua atau lebih hal yang berlawanan.

3) Tekanan. Tekanan yang dialami siswa berasal dari dalam maupun luar diri atau keduanya. Misalnya ambisi siswa berasal dari dalam, namun terkadang dikuatkan oleh pihak luar.

4) Self Imposed. Self Imposed yaitu tentang bagaimana siswa membebani dirinya sendiri. Misalnya, hasil ujian yang didapatkan siswa harus tinggi dan bisa mengalahkan teman-temannya.

b. Stress yang bersumber dari faktor eksternal, meliputi:

1) Keluarga. Bagaimana kondisi dan keadaan di dalam keluarga otomatis akan memberikan stress pada siswa. Kondisi dan keadaan yang dimaksud seperti konflik yang muncul dan peristiwa yang terjadi. Misalnya, orangtua yang bertengkar atau orangtua yang selalu sibuk di luar rumah

2) Sekolah. Stress yang berkaitan dengan sekolah mencakup dua, (1) tekanan akademik (pengaruh lingkungan sekolah, seperti cara guru mengajar, tugas, mata pelajar, manajemen waktu, dan ujian) dan (2) tekanan sebaya (konflik, persainagn, diterima atau ditolak kelompok sebaya, atau lawan jenis)

3) Lingkungan fisik. Hal ini berkaitan dengan kondisi alam dan sekitarnya yang membuat siswa tidak nyaman dan stress. Misalnya cuaca yang panas, membuat anak tidak dapat belajar dengan nyaman, keramaian, atau lingkungan yang padat dan sesak sehingga anak tidak bias berkonsentrasi belajar.

Prestasi akademik merupakan hasil dari proses pembelajaran bidang akademik yang menggambarkan kemampuan dan kinerja siswa dalam menerima materi termasuk di dalamnya aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Prestasi akademik diserahkan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dan dibuktikan dengan nilai. Prestasi akademik dianggap sebagai hasil dari kegiatan belajar yang bertujuan untuk meninjau pemahaman individu mengenai materi yang telah diajarkan sebelumnya dan mengetahui tingkat keberhasilan yang mampu diraih oleh individu tersebut (Maslihah, 2011).

Mardjohan (dalam Fasikhah & Fatimah, 2013) mengatakan bahwa prestasi akademik merupakan parameter penting yang dapat memperlihatkan penguasaan individu mengenai materi pengetahuan maupun keterampilan yang telah diterangkan dengan baik. Prestasi akademik siswa dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: a. Karakteristik siswa. Penelitian menyebutkan bahwa karakteristik seseorang dapat mempengaruhi prestasi akademik. Berdasarkan karakteristik yang dinilai, ditemukan skor tertinggi pada ketelitian dan kesadaran sedangkan skor rendah pada neurotisme. Hal ini menunjukan bahwa ketelitian dan kesadaran memiliki hubungan dengan prestasi akademik (Catur et al., 2018). b. Gaya hidup. Penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara prestasi akademik yang baik dengan durasi tidur 6-9 jam. Selain itu ditemukan bahwa peserta didik yang memiliki waktu tidur sebanyak 6-7 jam per malam rata-rata memiliki nilai tertinggi daripada peserta didik yang tidur lebih lama atau lebih singkat dari 6-7 jam per malam. Hal ini berkaitan dengan efek memori yang lebih menguntungkan dari tidur dan efek memori yang kuat dari kekurangan tidur untuk memori jangka panjang (Catur et al., 2018).  c. Rutinitas belajar. Beberapa penelitian mengungkapkan hubungan antara rutinitas belajar dengan prestasi akademik siswa. Ditemukan keterkaitan antara manajemen waktu yang buruk dengan prestasi akademik yang menurun. Hal ini bersangkutan dengan banyaknya siswa yang lebih mengandalkan menit-menit terakhir ketika menghadapi ujian (Catur et al., 2018).  d. Dorongan belajar siswa untuk berprestasi. Dorongan untuk berprestasi merupakan kecenderungan siswa bertingkah laku dengan cara tertentu dan menilai kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi mereka. Tingkah laku yang mncerminkan motivasi tinggi yaitu mengerjakan tugas yang sulit dan bekerja keras dalam belajar. (Catur et al., 2018). e. Sosial ekonomi. Penelitian menyebutkan bahwa sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap prestasi akademik. Ditemukan adanya hubungan positif yang kuat. Hubungan positif yang kuat artinya semakin baik latar belakang sosial siswa, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperoleh. (Catur et al., 2018).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun