Banyak keluarga belum menyadari sepenuhnya bahwa sesungguhnya keluarga menjadi penentu terhadap perkembangan psikologi anak khsusnya remaja.  Mereka berprilaku semaunya  saja tanpa  memperhatikan bahwa anak mereka akan melihat, mendengar dan menirukan apa yang mereka perbuat dikemudian hari  (children see children do). Nah untuk itu perlulah kita harus tau  apa itu keluarga dan perannya.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang saling memiliki ketergantungan. Orang tua, dalam konteks ini, adalah ayah dan ibu dalam keluarga tersebut. Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat, serta merupakan rantai kehidupan yang bersejarah dalam perjalanan hidup manusia. Dengan kata lain, keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat, tetapi memiliki pengaruh besar bagi bangsa dan negara. (Kebudayaan, 2019).
Orang tua juga merupakan unit terpenting dalam keluarga. Mereka, yang terdiri dari ibu dan ayah, memiliki peran utama dalam hidup dan perkembangan anak-anaknya. Salah satu peran penting orang tua dan keluarga adalah menjaga perkembangan psikologis anak. Keluarga merupakan tempat perlindungan bagi seorang anak dan juga tempat pulang yang nyaman, yang kemudian akan membentuk dan menentukan karakter anak itu sendiri. Peran keluarga dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Ayah
Ayah berperan penting dalam keluarga. Ayah memperkenalkan dan membimbing anak-anaknya untuk mengarungi dunia luar atau kehidupan bermasyarakat. Sebagai kepala keluarga, ayah berfungsi mencari nafkah dan memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Ia juga merupakan tameng utama dalam keluarga sebagai tempat perlindungan. Ayah bertanggung jawab untuk mendidik dan memberi kasih sayang pada anak-anaknya, bersama-sama dengan ibu.
- Ibu
Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga. Sebagai ibu rumah tangga, ia bertugas merawat keluarganya dan memberi kasih sayang serta pendidikan pertama bagi putra-putrinya. Ibu juga bertugas mengurus rumah dan menjadi teman baik bagi anak-anaknya.
Merujuk dari Kamus Umum bahasa Indonesia mengenai pengertian anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum dewasa. Anak berperan sebagai anggota keluarga yang harus menghormati dan menyayangi anggota keluarganya yang lain. Anak juga memiliki tanggung jawab untuk membantu orang tuanya dan memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta nafkah.
Anak yang perkembangan psikologisnya diarahkan dengan baik dalam keluarga yang harmonis akan berbeda dengan anak yang dibesarkan dalam disfungsi keluarga, seperti:
- Keributan dan kekerasan di rumah
- Kerusakan hubungan orang tua dan anak
- Kerusakan hubungan antar orang tua
- Perceraian orang tua
- Kematian salah satu atau dua orang tua
- Orang tua jarang berada di rumah dan jarang menghabiskan waktu bersama.
- Orang tua yang melakukan kebiasaan buruk di rumah
Disfungsi ini dapat menyebabkan anak berkembang ke arah yang salah; oleh karena itu, anak remaja sangat membutuhkan dukungan dari keluarganya.
Disfungsi keluarga akan mengganggu perkembangan psikologis anak, terutama kesehatan mentalnya. Disfungsi keluarga ini juga dapat menciptakan generasi yang buruk di masa depan. Dengan memperhatikan kesejahteraan psikologis anak, kita dapat mencegah dampak negatif yang mungkin muncul akibat disfungsi keluarga.
Pada Pada masa ini, remaja cenderung memiliki perasaan yang sensitif dan belum bisa mengendalikan emosinya. Oleh karena itu, pola asuh dan pola didik orang tua sangat berpengaruh bagi remaja. Setiap orang tua memiliki pola didik yang berbeda-beda, ada yang otoriter, disiplin, tegas, memanjakan, dan ada yang menggunakan kasih sayang. Setiap pola asuh dan didik dari orang tua sangat berperan penting bagi perkembangan emosi anak karena orang tua adalah lembaga pertama dalam pembentukan karakter anak. Keluarga, terutama orang tua, memiliki tugas untuk mengarahkan, memberi edukasi, dan nasihat kepada anak agar mereka dapat mengembangkan emosinya ke arah yang baik dan mampu mengendalikan emosinya. Keluarga yang tidak mengendalikan emosi dan mendidik anak dengan baik, bahkan tidak menjalankan tugasnya, adalah keluarga yang mengalami disfungsi.
Remaja yang tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis mengalami dampak negatif pada perkembangan psikologisnya. Disfungsi keluarga, seperti perceraian atau kematian salah satu orang tua, mengakibatkan peran keluarga tidak berjalan secara optimal. Kondisi ini dapat memicu perkembangan psikologis negatif, termasuk kecemasan, kurangnya kasih sayang, kecenderungan berfantasi, kesulitan dalam bersosialisasi, dan ketidakstabilan emosional. Remaja dalam situasi ini juga sering kali tidak memiliki harapan yang jelas untuk masa depannya dan mungkin mengalami trauma yang memengaruhi pandangannya terhadap keluarga di masa depan.