Mohon tunggu...
Fredianto
Fredianto Mohon Tunggu... Sales - Pekerja swasta yang berjiwa seni dan selalu eksplorasi hal baru untuk memiliki berbagai pengalaman baru

Menyukai hal-hal baru untuk menemukan sebuah pengalaman baru dan berbincang-bincang dengan siapapun untuk menggali sudut pandang lain sebagai proses memahami individu lain dalam proses berfikir secara logis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Investasi Kurang Bergerak selama Pandemik Berakibat Nyeri Pinggul

3 Januari 2023   07:18 Diperbarui: 3 Januari 2023   07:23 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu pagi saat menuju penghujung akhir tahun 2022 tiba-tiba badan ini sangat sulit beranjak dari tempat tidur dan bagian pinggul sebelah kanan terasa ngilu luar biasa yang kadang menjalar rasa ngilunya hingga ke pinggul sebelah kiri. 

Rasa ini sebenarnya pernah dirasakan saat 3 bulan pertama diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar atau disebut PSBB yang kemudian berubah istilah menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau populer dengan istilah PPKM namun karena lambat laun menghilang rasa ngilunya maka diabaikan begitu saja.

Ternyata rasa sakit itu kembali terasa bahkan menjadi mengganggu karena sama sekali sulit untuk beranjak dari tempat tidur secara normal sehingga membutuhkan tongkat untuk pijakan dan pada akhirnya saya putuskan untuk ke rumah sakit di daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Setelah ambil nomor antrian maka berlanjut bertemu dengan dokter Ortopedi dan setelah melakukan obrolan panjang pada akhirnya disarankan untuk melakukan MRI dan Rontgen. 

Jujur saat melakukan kedua tindakan tersebut agak sedikit khawatir khususnya untuk pemeriksaan MRI karena badan akan dimasukan kedalam sebuah lorong dalam durasi kurang lebih sekitar 30 menit dan . Selama proses MRI berlangsung kita disediakan sebuah headphone agar bisa mendengar lagu-lagu kesukaan namun selama proses MRI berlangsung tetap saja suara mesin lebih dominan dibandingkan suara musik di dalam headphone tersebut. 

Ketika kedua proses selesai dilakukan di hari yang sama maka keesokan harinya sekitar pukul 11 siang hasilnya sudah bisa diperoleh dengan berkonsultasi dengan dokter lebih lanjut untuk mendapatkan saran proses penyembuhan yang akan dilakukan kedepannya. 

Setelah memperlihatkan hasil Rontgen syukur alhamdulillah tidak hal yang mengkhawatirkan dalam struktur tulang namun ketika melihat hasil MRI ternyata ada syaraf yang tersenggol bantalan tulang belakang atau biasa disebut dengan saraf kejepit atau istilah kedokterannya Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

Mendengar hasil pembacaan dari foto MRI tersebut jujur agak khawatir juga awalnya namun syukur alhamdulillah dokter memberikan beberapa solusi untuk proses penyembuhan penyakit tersebut. Hal pertama yang disampaikan adalah mengurangi berat badan dikarenakan tulang cukup berat menanggung beban badan sehingga berdampak pada bantalan tulang yang akhirnya menyinggung saraf. 

Saran berikutnya adalah melakukan proses fisioterapi selama 6x agar dapat memberikan proses relaksasi pada bagian pinggul belakang sebelah kanan dan yang terakhir dianjurkan untuk melakukan renang secara rutin untuk bisa memulihkan kondisi tulang belakang juga sekalian membakar kalori bagian dari proses mengurangi berat badan. 

Dari ketiga saran dokter tersebut maka hal yang langsung dilakukan pertama adalah fisioterapi karena kebetulan di rumah sakit tersebut juga menyediakan layanan fisioterapi sehingga harapannya ada progres yang bisa dirasakan lebih awal karena jujur beberapa hari pake tongkat lumayan risih juga karena sulitnya bangun dari posisi duduk ataupun posisi berbaring dari tempat tidur sangat memerlukan bantuan tongkat untuk memindahkan fokus beban dari pinggul kanan ke tongkat tersebut.  

Fisioterapi pun dilakukan dengan terapi  awal melakukan beberapa stretching layaknya olah tubuh Yoga yang awalnya saya suka ketawa kalo melihat istri melakukannya dan kini saya harus melakukannya. Awalnya agak takut karena khawatir muncul rasa nyeri namun setelah mengikuti instruksi yang disarankan ternyata malah enak dan ketagihan kecuali pada child pose ini adalah bagian tersulit karena badan ga bisa sujud sempurna karena terganjal lemak perut Hahahaha.

Berlanjut ke terapi berikutnya yakni proses relaksasi dengan menggunakan daya listrik rendah untuk merangsang bagian otot dan saraf sepertinya karena awalnya terasa ngilu tapi setelahnya menjadi nyaman setelah itu berlanjut proses penyinaran sehingga pinggul pun terasa hangat.

Setelah fisioterapi perdana dilakukan sudah dirasakan progres yang membaik sehingga rasa nyeri atau ngilu di sekitar pinggul sebelah kanan mulai berkurang tinggal berlanjut untuk proses berikutnya yaitu berenang. Dihari yang sama saya paksakan untuk langsung berenang dan setelah melakukan gaya dada atau disebut juga dengan gaya katak maka setelah bolak balik selama 15 menit ternyata begitu selesai kontan rasa ngilu dan nyeri pada pinggul kanan hilang seketika.

Jujur awalnya agak kaget juga karena ga menyangka bahwa secepat itu rasa ngilu dan nyeri hilang begitu saja bahkan sudah mulai bisa melepaskan tongkat dan bangun dari duduk secara mudah, alhamdulillah.

Bagian tersulit dari 3 treatment yang harus dilakukan adalah mengurangi berat badan karena jujur saya tipe orang yang suka kulineran dan ngemil di malam hari. 

Tapi walaupun demikian sebenarnya berat badan masih bisa terkontrol karena saya juga suka melakukan aktifitas di luar ruang seperti jalan dari rumah hingga ke GBK Senayan atau gowes sepeda dari rumah hingga ke Gunung Sahari dan lain lain, namun selama pandemik 3 tahun saya tidak melakukan semua kegiatan luar ruang tersebut dikarenakan khawatir terpapar Covid19. 

Selama pandemik yang lalu timbangan berat badan saya malah turun hingga 10 kg dengan tidak melakukan diet sama sekali dan porsi makan tetap normal dengan konsumsi nasi sewajarnya. Setelah kegiatan mulai berangsur normal dan Covid19 pun mulai terkendali saya kembali memberanikan diri untuk order makanan dan minuman dari luar dengan layanan antar ojek online dan berawal dari itu maka berat badan mulai berangsur naik ke posisi awal. 

Ketika sempat ngobrol dengan dokter memang sempat disinggung bahwa terkadang membeli makanan dan minuman dari luar banyak hal yang terkadang sulit dikontrol yakni untuk kandungan minyak, gula, garam dan tepung yang terkadang bisa memicu naiknya berat badan seketika. Berbeda dengan makanan yang diolah secara sendiri yang mungkin kandungan 4 komponen diatas lebih dapat terkontrol. 

Namun apapun itu sepertinya menjaga pola makan yang teratur dan olahraga yang rutin udah ga bisa ditawar-tawar lagi mengingat usia yang semakin bertambah angkanya dan metabolisme tubuh yang perlu dijaga dengan olahraga maka solusi selanjutnya adalah harus banyak bergerak untuk membakar seluruh kalori dalam tubuh dan menjadi gizi baik untuk kebutuhan tubuh. 

Pelajaran berharga di akhir tahun 2022 mengingatkan usia yang tidak lagi muda dan peringatan bagi diri untuk bisa menjaga badan ini agar lebih sehat tentunya dengan tidak melakukan kegiatan yang high impact karena tulang tidak semuda belia seperti dulu lagi. Senang bisa berbagi dalam tulisan perdana ini semoga bermanfaat buat siapapun yang membacanya. 

Yuk hidup sehat dengan terus bergerak dan tidak lupa memperhatikan asupan yang masuk kedalam tubuh sehingga kita bisa terus beraktifitas dalam menjalani kehidupan dunia ini. (FS) #ayobergerak 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun