Mohon tunggu...
Fredeswinda Wulandari
Fredeswinda Wulandari Mohon Tunggu... Guru - pencinta fantasi

Penyuka kopi, Harry Potter, dan cerita fantasi. Melamunkan yang akan datang dengan harapan akan dijamah Sang Pemilik Semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seberkas Bara Sepasang Mata (Bagian 2)

26 Januari 2023   15:44 Diperbarui: 26 Januari 2023   15:50 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Tiba-tiba Mama berkata seperti itu ketika mereka sedang makan malam. Jupiter sontak terdiam. Tangannya yang sedang mengangkat sendok mengambang di udara. Dia melihat ke arah Mama dengan pandangan tak percaya.

            "Ma, janganlah, Ma. Cella bekerja lambat karena kemarin itu hari pertama Cella membantu menjaga toko. Cella belum paham jenis dan harga kain. Wajar kalau dia perlu bertanya dan belajar. Ma, Jupiter sayang sama Cella. Dia memberi semangat dan motivasi setiap hari. Dia itu ... "

            "Jupe, Mama paham kalau Cella adalah cinta pertamamu. Dia pasti mempunyai arti penting dalam hatimu saat ini. Namun, menurut Mama, dia tidak begitu cocok dengan keluarga kita. Dia tidak sepadan dengan keluarga kita."

            "Apa maksud Mama dengan tidak sepadan? Apakah karena Cella bukan keturunan Cina? Apa karena Cella berasal dari keluarga biasa saja?"

            Jupiter menyorongkan piring yang masih penuh ke tengah meja, dan segera berdiri.

            "Perlu Mama tahu, Cella adalah gadis yang baik. Jupiter sayang. Entah apakah hubungan ini berhasil atau tidak, itu urusan Jupiter."

            Jupiter melangkah meninggalkan meja makan. Namun, baru dua langkah dia berjalan, kembali Mama bersuara. Suara Mama pula yang membuat Jupiter menghentikan langkahnya.

            "Jupiter, memang semua keputusan ada di tanganmu, tapi Mama masih mempunyai hak atas hidupmu. Kalau kamu tetap mempertahankan Cella, maka warisan yang harusnya menjadi bagianmu akan Mama berikan pada koko-mu."

            Suara Mama yang walaupun terdengar lembut nyata menggetarkan hati dan pikirannya. Sesampainya di kamar, dia berteriak sekeras yang dia bisa. Sungguh pilihan yang sulit. Dia menghantam tembok kamarnya beberapa kali sampai punggung tangannya terluka. Namun, itu masih taksesakit perasaannya.

            Setelah kejadian itu, Mama dan keluarganya tidak pernah lagi menanyakan kabar atau memperbincangkan Cella dalam percakapan harian mereka. Padahal sebelumnya, mereka sangat ingin tahu perjalanan asmara Jupiter dan Cella.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun