Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Internet : Antara Kebebasan dan Kebablasan

22 Desember 2016   18:46 Diperbarui: 22 Desember 2016   21:07 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum melanjutkan bacaan anda ke paragraf berikutnya, saya amat menyarankan untuk menyempatkan membaca dua artikel lewat link dibawah ini agar anda mengerti apa dan mengapa saya menduga penyebaran propaganda lewat internet merupakan cara baru yg dipakai oknum-oknum tertentu yg memiliki kepentingan atau agenda khusus. 

https://islamindonesia.id

http://www.dennysiregar.com

Saya tidak ingin membahas Aleppo-nya. Saya berusaha menitikberatkan tentang bagaimana peran media sosial menyebarkan beberapa berita hoax tentang keadaan Aleppo. Dari beberapa artikel diatas yg sudah memaparkan sejumlah data bahkan beberapa diantaranya pernah terjun langsung kesana, kini kita mengetahui bahwa Internet merupakan senjata pemecah-belah terbaru yg mampu dimanfaatkan oleh oknum tertentu lewat pembentukan opini publik. 

Efeknya lebih “sakit” ketimbang peluru panas maupun roket-roket serta bombardir karena yang diserang adalah Mindset individual, Logika manusia. Cuci otak massal. Tidak perlu berlelah-lelah angkat senjata, biarkan saja negara yg dijadikan target hancur dan kacau balau dengan sendirinya. Inilah era yg sering disebut-sebut sebagai Cyber War. Cyber War tidak melulu berbicara tentang hacker-hacker handal bayaran. 

Cukup memanfaatkan pengguna media sosial awam yg mudah terpancing suatu isu dan menyebarluaskannya, beres. Dan yang paling penting : gratis! Mari saya bawa anda ke sebuah kutipan terkenal dari tokoh kontroversial yg tadi sempat saya sebutkan diatas.

“A lie told once remains a lie but a lie told a thousand times becomes the truth.” – J.Goebbles.

Kebohongan yang dikatakan hanya sekali tetaplah menjadi kebohongan tetapi kebohongan yang dikatakan beribu-ribu kali (berulang kali) akan mampu menjadi sebuah kebenaran. Kira-kira seperti itu terjemahannya dan yg jelas ini sangat relevan dengan apa yang terjadi sekarang. 

Inilah alasan mengapa saya amat menanggapi serius fenomena hoax di era modern sekarang. Internet (sangat) punya potensi menjadi alat penyebar propaganda yang mampu menyebarkan informasi entah benar atau salah secara realtime.Beberapa negara sudah menanggapi serius tentang penyebaran berita hoax di Internet. Sebut saja Jerman. Pemerintah Jerman mengancam website atau media sosial untuk mendenda siapa saja yang menyebarkan berita hoax. (arstechnica.com)

Bahkan lagi, Facebook pun tengah menyiapkan sistem khusus yang berfungsi untuk memverifikasi apakah sebuah berita adalah hoax atau bukan yg berbasis A.I (Artificial Intelligence).  (techcrunch.com)

Lalu, kapan ini bisa terjadi di Indonesia? Sosialisasi tentang tata krama dan etika berinternet amat diperlukan di Indonesia untuk semua kalangan karena penyebar berita hoaxternyata bukan hanya masyarakat awam biasa melainkan kaum-kaum terpelajar dan terdidik. Sekali lagi, akal sehat dan rasional dalam berpikir terbukti mampu kalah (dalam kasus ini). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun