Mohon tunggu...
Frederika Tarigan
Frederika Tarigan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

terus melangkah tanpa pernah berhenti karena setiap langkah ada cerita setiap langkah ada makna feel free for visit my other blog: ndetigan.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mempertanyakan Kelayakan Bus Transjakarta

21 April 2014   17:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:23 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi - Sebuah bus Transjakarta koridor IV dengan rute Pulogadung-Dukuh Atas terbakar, Rabu (9/10/2013). Api diduga akibat konsleting pendingin udara (AC). (KOMPAS.COM/RATIH WINANTI RAHAYU)"][/caption]

Selamat Pagi! Semangat Pagi!

Hari Senin semangat pergi ke kantor itu sangat luar biasa. Jalanan pasti sudah sangat macet, seakan jalanan Jakarta sangat sempit untuk menampung ribuan kendaraan yang turun ke jalan.

Saya merupakan pendukung program pemerintah untuk mengurangi kemacetan di Jakarta dengan menggunakan transportasi massal Transjakarta. Bayangkan saja, berapa  ruang jalan yang bisa sedikit lebih lega bila banyak para pengguna mobil pribadi menggunakan transportasi massal ini yang mampu membawa ratusan penumpang dalam sekali jalan. Namun, mengapa Jakarta masih macet? Banyak pengguna mobil pribadi yang masih enggan untuk menggunakan transportasi massal ini. Tentu hal ini bukan karena tanpa alasan.

Mungkin kejadian pagi ini menjadi salah satu alasan dan pertimbangan pengguna mobil pribadi berpikir lagi untuk beralih ke transportasi massal.

Ini bukan sebuah aksi protes terhadap pelayanan fasilitas publik, saya juga tidak ingin membuat kesan yang dramatis atas kejadian pagi ini. Hanya sekedar curahan hati seorang awam yang menggantungkan sebuah asa pada fasilitas publik di Jakarta.

Pagi ini saya dan puluhan lainnya mengalami keadaan yang kurang mengenakkan. Seperti biasa, saya mengantri untuk menunggu bus tranjakarta di halte BKN tujuan Harmoni. Memang harus mempunyai kesabaran ekstra untuk menunggu bus transjakarta rute ini, hal ini bukan masalah besar bagi saya sepanjang waktu tunggu yang masih diambang toleransi.

Bus akhirnya datang dengan muatan yang sudah penuh dari PGC. Beruntungnya saya masih punya space untuk berdiri dekat pintu belakang. Tentu sudah menjadi hal umum kalau transportasi massal ini berhimpit-himpitan. Saya juga bermaklum untuk menerima desakan dari kiri kanan dan belakang. Angin sepoi dari AC seadanya  sempat menyentuh kening saya.

Saya masih lega bisa menghirup udara dari dalam bus ini, bus melaju perlahan seiring dengan jalanan yang padat merayap. Namun, ketika sampai di sekitar BNN, di tengah puluhan manusia saling tarik ulur oksigen seadanya, udara di bus perlahan panas dan bau kurang sedap yang menyesakkan mulai muncul. Saya mulai tidak tahan dengan bau gas yang semakin pekat. Saya tarik tissue dari tas dan menutup mulut berharap saya bisa lebih bebas bernafas.

Memasuki jalan Otto Iskandardinata (Otista), bunyi berisik dari belakang bus kemudian muncul dan sedikit mengganggu. Udara di bus semakin panas. Penumpang di dalam bus masih terlihat pasrah dan menerima keadaan. Sampai akhirnya teriakan para wanita dari depan menghentikan bus. Semua orang berteriak agar driver bus Transjakarta membuka pintu bus.

Teriakan histeris membuat panik semua penumpang di dalam bus karena didukung oleh keadaan menyesakkan yang sudah berlangsung dari tadi. Driver dengan cepat membuka pintu sebelah kanan dan penumpang berhamburan melompat ke jalan dari pintu bus yang tinggi. Jalanan yang padat merayap menjadi semakin macet karena penumpang berlomba untuk melompat menyelamatkan diri dan berhamburan di jalan.

Untungnya, tidak ada penumpang yang cidera akibat berlomba melompat ke jalan raya. Petugas Transjakarta dengan sigap membawa tabung pemadam api dan memeriksa mesin bus di belakang. Asap tipis mengepul dari belakang bus.

Sebagian penumpang masih syok dan panik. Beberapa dari penumpang mengaku melihat percikan api dari bus makanya dengan refleks teriak histeris dan kepanikan menular ke seluruh penumpang.

Puluhan penumpang akhirnya dengan pasrah menunggu tumpangan dari bus Transjakarta lain. Ada beberapa bus Transjakarta yang lewat namun tidak memberikan tumpangan karena jalur mereka katanya ke Pulo Gebang. Saya sempat bertanya ke petugas Transjakarta mengapa tidak mengirimkan 1 bus kosong saja karena muatan yang menunggu di pinggir jalan ini kan memang 1 bus.

Kata petugas bus Transjakarta, mereka harus melayangkan surat permohonan terlebih dahulu agar diberikan bus tersebut. Itu adalah alur birokrasi mereka. Namun, ini kan darurat? Banyak penumpang yang semakin tidak sabar karena beberapa kali ditolak oleh bus Transjakarta lain. Akhirnya kami diberi tumpangan bus lain yang juga pengguna jalur busway dan diturunkan di halte Kebon Pala. Dari halte ini, saya menunggu bus Transjakarta lagi untuk melanjutkan perjalanan sampai ke Harmoni.

Rata-rata penumpang Transjakarta adalah pekerja yang harus mengejar waktu untuk tiba di kantor tepat waktu. Kekhawatiran yang muncul ketika bus yang ditumpangi mengalami kerusakan bukan hanya semata-mata takut terlambat tiba di kantor. Tetapi, nyawa banyak manusia yang ada di dalamnya.

Kalau dilihat dari tubuh bus itu sendiri memang sangat memprihatinkan. Banyak pertanyaan yang menggelitik pikiran saya mengenai kelayakan bus Transjakarta. Tentu kejadian kerusakan bus Transjakarta di tengah mengangkut puluhan penumpang sudah sering saya dengar. Dan bahkan berita itu saya alami pagi ini. Tapi pihak Transjakarta sepertinya masih belum belajar dari kejadian yang lalu-lalu sehingga kejadian seperti tadi pagi masih sering terjadi.

Kejadiannya masih pagi-pagi loh. Saya pikir tidak ada alasan semata-mata karena bus terlalu banyak beban mengangkut penumpang. Saya pikir sebagai masyarakat awam, sebelum bus beroperasi, tentu pihak bus Transjakarta melakukan pengecekan terhadap bus yang layak jalan. Saya tidak mengerti, sebenarnya bagaimana standardisasi kelayakan yang diberikan oleh pihak bus Transjakarta terhadap bus yang menjadi fasilitas publik ini.

Apakah sebuah bus dinyatakan tidak layak bila sudah kejadian mesin rusak atau terbakar? Karena kondisi bus saat waktu operasi masih pagi hari saja sudah memprihatinkan, apa kabar dengan bus tersebut ketika sudah beroperasi sampai sore?

Saya berharap pihak bus transjakarta semakin meningkatkan pemeliharaan terhadap bus yang didedikasikan untuk pelayanan publik ini. Kami memang hanya membayar Rp 3,500 namun kami layak untuk mendapat keselamatan sampai tujuan. Tidak hanya mengenai mesin bus tetapi juga AC yang menjadi satu-satunya jalur sirkulasi oksigen di dalam bus. Bila bus itu di desain untuk menggunakan AC, tentunya pemeliharaan AC juga sangat penting untuk diperhatikan.

Pemeliharaan merata di semua rute bus Transjakarta juga sangat diharapkan oleh masyarakat di pinggiran Jakarta. Karena setahu saya, jalur busway dan pelayanan bus Transjakarta tidak hanya di sekitar Blok M – Kota saja. Banyak koridor busway yang masih dilalui oleh bus Transjakarta yang kondisinya memprihatinkan.

Cukup sekian curahan hati saya pagi ini, saya masih bisa bersyukur tiba di kantor dengan selamat walau sedikit terlambat. Saya  masih berada di posisi mendukung program pemerintah untuk mengurangi kemacetan. Saya hanya berharap program pemerintah ini ‘dibarengi’ dengan pemeliharaan yang optimal dan merata sehingga tujuan untuk Jakarta bebas macet segera terwujud.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun