Mohon tunggu...
fredericohanung
fredericohanung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jiu Hong

Mahasiswa yang mencintai budaya.

Selanjutnya

Tutup

Film

Laskar Pelangi, Memberikan Gambaran Dunia Pendidikan Indonesia di Pedalaman

13 November 2022   13:03 Diperbarui: 13 November 2022   13:33 2104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laskar pelang (2008), film fenomenal yang sempat mengambil perhatian 4,7 juta masyarakat Indonesia. Film yang disutradarai oleh Riri Riza ini menjadi sukses dengan mengambil latar cerita di Pulau Belitung. Film dengan durasi 125 menit ini dirilis pada 26 September.

Salman Aristo dibantu oleh sang sutradara dan Mira Lesmana merupakan penulis skenario dari film Laskar Pelangi. Film yang sangat populer di masanya ini, merupakan adaptasi dari novel Laskar Pelangi yang terbit pada tahun 2005. Novel tersebut adalah karya dari Andrea Hirata.

Dalam film ini diceritakan bagaimana keadaan dunia pendidikan di daerah pedalaman. Di samping keadaan pendidikan, film ini juga menceritakan suasana kehidupan aktor-aktor yang setiap harinya penuh dengan suasana persahabatan dan kekeluargaan. Suasana sedih dan duka cita juga didapatkan ketika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal.

Film Laskar Pelangi (2008) menggabungkan 12  aktor profesional Indonesia dengan 12 anak lokal di Pulau Belitung. Dalam film ini menceritakan kehidupan 10 anak di Desa Belitung yang duduk di bangku SD Muhammadiyah. 

Awalnya, sekolah tersebut akan ditutup akibat tidak memenuhi persyaratan. Namun, kedatangan Harun, yang memiliki keterbelakangan mental menyelamatkan sekolah ini, karena jumlah murid genap menjadi 10 orang.

Dalam film ini memperlihatkan bagaimana ketimpangan sosial serta pendidikan di Indonesia yang belum merata. Dalam film ini juga diperlihatkan kehidupan para aktor yang begitu sederhana. Tentu bagi pihak pemerintah, film ini merupakan sindiran secara tidak langsung agar dapat membuat pendidikan di Indonesia merata sampai ke daerah-daerah terpencil.

Dalam kesempatan ini, penulis berkesempatan untuk mewawancarai beberapa masyarakat yang sudah menonton film Laskar Pelangi (2008). Robertus (22) mahasiswa dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta memiliki kesan tersendiri saat menonton film ini. Ia teringat saat itu menonton film ini bersama dengan ayahnya saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Waktu itu saya masih SD, saya diberitahu oleh ayah kalau harus bersyukur masih bisa mendapatkan pendidikan yang memadai saat ini", ujar Robertus. Menurutnya, dari segi penulisan cerita, film ini sangat menarik karena ada unsur sedih, bahagia, dan komedi yang ditampilkan.

Senada dengan Robertus, Tita(24) seorang pekerja swasta berpendapat bahwa film ini menceritakan unsur-unsur dalam kehidupan nyata. Alur film juga dianggap menarik karena tidak monoton.

"Kalau dari alurnya keren, karena kita sebagai penonton tidak merasa bosan ya", kata perempuan 24 tahun itu saat mengingat kenangan menonton film Laskar Pelangi 14 tahun silam.

Jika ditinjau dari cerita dalam film ini memang sangat menginspirasi. Perjuangan anak-anak Desa Belitung dalam menuntut ilmu tidak bisa dipandang sebelah mata. Ada yang menaiki sepeda dan menempuh jarak berkilo-kilo meter untuk sampai ke sekolah.

Gedung sekolah di film Laskar Pelangi (Gambar: Sripoku)
Gedung sekolah di film Laskar Pelangi (Gambar: Sripoku)

Kevin (21) memiliki kesan terhadap totalitas pembuat film dalam memilih tempat. Latar tempat berupa pedesaan memberikan sudut pandang baru bagi para penonton yang tinggal di perkotaan. Salah satu latar tempat yang menarik adalah gedung sekolah yang terlihat sangat tua dan hampir runtuh. Baginya, ini merupakan gambaran dari dunia pendidikan yang ada di daerah-daerah terpencil di negeri ini.

"Ada yang menarik, misalnya ketika kita lihat gimana bentuk bangunan sekolah mereka. Kasihan ya, harusnya mendapatkan bantuan kalau di kehidupan nyata", tutur Kevin.

Film Laskar Pelangi (2008) selain berkesan dalam layar lebar, masyarakat juga cukup menggemari lagu yang menjadi backsound dari film ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun