" Harapannya anak-anak dapat mengenal kebudayaan Jawa, 51 persen siswi yang bersekolah di sini berasal dari luar Jawa. Pengenalan yang lebih dalam tentu kita harapkan untuk siswi-siswi ini, karena untuk masa depan budaya kita bersama", ungkap Sr. Yetty.
Sr. Yetty berpendapat bahwa belajar bermain gamelan bukan hanya tentang seni, namun juga tentang pembentukan karakter dalam diri anak-anak. Dengan begitu, banyak hal positif yang dapat diajarkan melalui latihan bermain musik.
"Di samping tentang kesenian, kami berharap adanya pembentukan karakter dalam pelatihan permainan gamelan ini, entah itu kesabaran, dan sebagainya. Musik itu soal olah rasa", lanjut Kepala SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tersebut.
Sr. Yetty berharap agar dengan adanya bantuan seperangkat gamelan ini, pemerintah juga dapat mengadakan kegiatan-kegiatan kesenian yang melibatkan anak-anak setingkat SMA agar dapat menyalurkan bakat dan hasil latihannya secara nyata.
Mareta, selaku guru seni di SMA Stella Duce 1Â menuturkan terdapat 28 siswi yang tergabung dalam ekstrakulikuler ini. Namun, pada hari Kamis kemarin hanya perwakilan beberapa siswi yang tampil di hadapan para tamu dengan alasan ruang yang terbatas.
Dalam acara ini juga terdapat peristiwa menarik, dimana seperangkat gamelan baru didoakan menurut cara 2 agama, yaitu Kristen Katolik dan Islam. Hal ini dapat diartikan bahwa melalui seni dan budaya, keberagaman kita dipersatukan.
Pemerintah DIY terus berkomitmen menjaga budaya lokal terhadap banyak pihak dan golongan, salah satunya pengenalan budaya lokal kepada generasi muda. Generasi muda adalah masa depan yang akan mewarisi budaya-budaya Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H