Mohon tunggu...
Frederick Wijaya
Frederick Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa bioteknologi

Bioteknologi UAJ 2020

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Melphalan-Prednison, Thalidomide, Lenalidomide, dan Bortezomib Diklaim Mampu Menjadi Terapi dalam Pengobatan Multiple Myeloma? Manakah yang Terbaik?

14 Januari 2022   17:04 Diperbarui: 14 Januari 2022   17:16 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo healthy people semuanya dimanapun kalian berada, semoga sehat selalu dan semangat selalu ya! terutama untuk pejuang multiple myeloma, sebagaimana kita tahu hingga saat ini, penyakit kanker masih menjadi salah satu penyakit yang sulit disembuhkan dan menempati peringkat kedua tertinggi sebagai penyakit paling mematikan di dunia. Kanker juga memiliki banyak jenis, salah satunya adalah multiple myeloma.

Apa itu multiple myeloma?

Multiple myeloma adalah salah satu jenis kanker yang menyerang sel plasma sehingga menjadi ganas dan ditandai dengan proliferasi klonal sel plasma ganas di sumsum tulang. Namun untuk kasus multiple myeloma lebih sering dijumpai pada pasien yang sudah berumur lanjut berkisar antara 65 hingga 75 tahun.

Awalnya multiple myeloma merupakan penyakit yang belum dapat disembuhkan, namun seiring dengan perkembangan dunia kesehatan, sekarang multiple myeloma sudah ada beberapa treatment dimana penyakit ini tak dapat disembuhkan namun dapat diobati.

Menurut Tadjoedin dkk. (2011), pengobatan yang paling efektif dilakukan untuk penyakit multiple myeloma adalah dengan cara transplantasi sumsum tulang, namun hal ini sulit untuk dilakukan karena kurangnya alat dan fasilitas yang mendukung di Indonesia, sehingga dilakukan beberapa alternatif lain seperti terapi.

Melphalan-prednison

Melphalan-prednison merupakan terapi konvensional berupa kemoterapi yang mulai dikenal pada awal pertengahan tahun 1980 dan banyak digunakan dalam medis mencapai 59,7%, berjenis standar berupa kombinasi dari agen alkilasi, penggunaan melphalan-prednison juga biasanya disertai dengan corticosteroid. Hasil yang didapat dari pengobatan ini adalah respons parsial, namun seiring dengan berkembangnya dunia medis, ditemukan adanya beberapa resiko terhadap penggunaan melphalan-prednison yaitu dapat memicu terjadinya kerusakan pada sel puncak, memicu komplikasi penyakit seperti leukemia, serta dapat memicu terjadinya sindrom myelodysplastic sekunder.

Thalidomide & Lenalidomide

Jika sebelumnya ada terapi melphalan-prednison, pada akhir 1990 hingga awal tahun 2000 terjadi gebrakan baru berupa perkembangan terapi yaitu thalidomide dan lenalidomide atau yang biasa disebut dengan "IMIDs" berupa agen imunomodulator. Bagaimana cara kerjanya? Cara kerjanya seperti ini teman-teman : mula-mula akan terjadi ikatan antara agen imunomodulator dengan cereblon yang membuat aktivitas pada cereblon E3 ligase menjadi aktif, aktifnya cereblon E3 ligase membuat terbentuknya ubiquitination cepat serta dua faktor transkripsi sel B (IKZF1 dan IKZF3) menjadi terdegradasi. Adapun kelebihan dari terapi ini adalah mempunyai sifat antiangiogenesis, dapat menghambat tumor necrosis factor alpha (TNF-), dan adanya efek berupa imunomodulator.

Bortezomib

Selanjutnya ada perkembangan terapi yang lainnya yaitu terapi bortezomib yang termasuk golongan proteasome inhibitor, terapi ini menghasilkan overall respon yang baik sebagai pengobatan awal untuk pasien multiple myeloma yang baru didiagnosis.

Bagaimana cara kerjanya? Cara kerja dari bortezomib adalah proteasome inhibitor menargetkan proteasome 26S. Adapun beberapa kelebihan dari terapi ini ialah bortezomib menghambat aktivasi faktor transkripsi NFkB dengan melindungi inhibitor Ikappa B (IB) dari degradasi oleh proteasome 26S. Degradasi proteasome dari IB mengaktifkan NFB, yang mengatur transkripsi protein Ini mempromosikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan sel, mengurangi kerentanan terhadap apoptosis, berperan dalam mempengaruhi ekspresi molekul adhesi dan induksi resistensi obat dalam sel myeloma.

 

Bortezomib juga tidak hanya berfokus kepada sel myeloma, namun juga menjalankan fungsinya di lingkungan mikro sumsum tulang dengan cara menghambat perlekatan sel myeloma ke sel stroma sumsum tulang. Selain itu, bortezomib juga memiliki kemampuan dalam mengurangi toksisitas monoclonal light chain dan terjadi penekanan pada NF-b dalam sel tubulus yang membuat respons inflamasi dapat diatasi sehingga organ ginjal juga dapat diperbaiki fungsinya. Terlepas dari banyaknya kelebihan pada terapi bortezomib, terapi ini tentunya juga terdapat kelemahan, namun hanya efek samping ringan berupa gangguan gastrointestinal, trombositopenia, dan neuropati perifer. Hal ini dapat diatasi dengan mengonsumsi obat antiemetik dan antidiare yang berperan sebagai pengganti cairan karena banyaknya frekuensi mual dan diare yang diidap oleh pasien.

Kesimpulan

Terapi yang paling efektif untuk digunakan pada pengobatan pasien dengan penyakit multiple myeloma adalah terapi bortezomib karena tingkat efektivitas yang tinggi serta aman untuk digunakan bahkan jika pasien dengan riwayat penyakit gangguan ginjal sekalipun. Namun bukan berarti terapi jenis lainnya tidak baik untuk digunakan, tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu seberapa bugar kondisi pasien, berapa umur pasien, dan apa riwayat kesehatan pasien tersebut. Jadi untuk teman-teman semua tetap jaga kesehatan dan untuk pejuang multiple myeloma atau ada kerabat keluarga yang membutuhkan semoga artikel ini dapat dijadikan bahan acuan atau alternatif sebagai pengobatan multiple myeloma. Tetap semangat dan salam sehat health people sekalian!

Daftar Pustaka

 

Bakta IM. 2019. Mieloma multipel: aspek pathogenesis molekuler. Udayana Journal of Internal Medicine. 3(1): 1-7.

Savitri M. 2020. Diagnosis dan terapi terkini multiple myeloma. J Medicinus. 33(3): 3-18.

Tadjoedin H, Reksudiputro AH, Toruan T, Abdulmuthalib, Kosasih A, Supandiman I, Sumantri R, Fadjari H, Fianza PI, Suharti C, Kurnianda J, Purwanto I, Azhariati A, Ugroseno, Sedana MP, Darmawan B, Bakta IM, Kar AS, Gatot D, Acang N, Syahrir M, Benyamin AF, Tutik H, Kumaat H. 2011. Multiple myeloma in Indonesia. Indonesian Journal of Cancer. 5(2): 76-81.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun