Biasanya Wor dapat disampaikan melalui nyanyian,dan doa. Suku Biak mempercayai bahwa Wor merupakan pemujaan terhadap laut, darat, udara, dan penyembahan itu dilakukan di mana pun orang bidak berada. Wor juga diartikan sebagai upacara upacara kenem ( adat ). Wor merupakan upacara inti dari kenem orang biak yang disebut roh kehidupan orang Biak.
Kesenian Suku BiakÂ
Di masyarakat Biak juga terdapat kesenian yang berbentuk tarian yang bernama Tari Yospan. Nama Yospan didapat dari penggabungan tari Yosim dan tari Pancar. Tari Yospan terdiri dari dua tim, bagian penari dan musisi. Pertunjukan ini dilakukan dengan gerakan dasar yang penuh semangat, dinamis, dan sangat menarik perhatian. Gerakan yang terkenal dari Tari Yospan di antaranya yaitu Pancar gas, Gala gale, Jef, Pacul Tiga, Seka, dan lain-lain.
Tak hanya kesenian tari, suku Biak juga memiliki rumah adat yang bernama Rumsram. Rumah adat Rumsram berbentuk persegi dengan atap seperti perahu terbalik dari pelepah sagu, lantainya terbuat dari kulit kayu, dan dindingnya dari bambu air yang dibelah dan dicacah. Uniknya dari rumah adat Rumsram ini adalah ketika anak laki-laki yang sudah dianggap remaja setelah melalui upacara Wor Kapanknik akan menempati Rumsram untuk belajar mandiri dan mempersiapkan diri untuk masa depan sehingga perempuan dilarang mendekati atau memasukinya.
Keagamaan Suku Biak
Keragaman agama dalam suku Biak sangat terlihat, beberapa agama dianut di dalamnya tanpa menjadi penghambat dalam menjalankan kehidupan tiap individu. Di antara agama yang dianut masyarakat Biak yaitu Kristen sebagai mayoritas, Islam hingga animisme.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021 tercatat bahwa mayoritas masyarakat suku Biak Numfor 83,58% beragama Kristen, dengan 81,33% Protestan dan 2,25% Katolik. Masyarakat Manokwari, Provinsi Papua Barat yang mayoritas beragama Kristen Protestan beribadah di GKI (Gereja Kristen Injil) di Tanah Papua.
Tak hanya agama tersebut, ada juga Totem sebagai bentuk dasar agama lokal di Biak yang dianggap suci dan sakral. Totem dipercaya oleh masyarakat Biak sebagai bentuk kepercayaan tertinggi kepada Dewa Penolong. Dengan adanya Totem di tengah-tengah masyarakat Biak menjadikan mereka semakin satu hati dalam berkehidupan bahkan meningkatkan solidaritasnya. Totem ini memiliki berbagai jenis misalnya Totem kepada Gurita, Totem kepada Anjing, Totem kepada Ular, serta kepada tumbuhan dan hal lainnya.
Peralatan Hidup Suku Biak
Suku Biak bermata pencaharian melaut dan berladang. Alat- alat yang mereka gunakan adalah alat- alat berladang berupa parang, kapak, dan tugal (tongkat kayu) untuk bercocok tanam. Mereka juga menggunakan alat alat untuk melaut. Ada riken, pukat yang disebut pampapos, tombak ikan yang disebut manora, yang terbuat dari bambu yang diberi peruncing dari besi di ujungnya. Mereka juga menggunakan alat untuk berburu, yaitu berupa tombak. Juga alat- alat rumah tangga suku Biak, misalnya sendok kayu yang disebut adwar, piring atau aibar, pakaian orang Biak yang terbuat dari kulit kayu berupa cawat yang disebut sarare
Kuliner Suku Biak