Aku berjalan melewati lorong-lorong kecil, melintasi kerumunan warga disertai dengan anak-anak kecil yang tertawa dan berlari kesana kemari. Teriakan mereka terdengar begitu keras di ujung daun telinga ku. Sekelilingku begitu ramah dengan lemparan senyuman dan sapa yang akrab. Tapak demi tapak kulangkah secara perlahan, teriakan itu masih saja mendengung, menghangatkan suasana yang baru saja di basahi hujan. Genangan air yang tersebar, seakan tak diperdulikan mereka telah membasahi sekujur tubuhnya. Alangkah indahnya masa mereka.
Sejenak aku berhenti di suatu ruang kosong yang tak asing bagiku, lapangan bola mini. Di salah sudut ruang itu, aku melihat baying-bayang anak-anak yang sedang berteriak dan berlari dengan bahagianya, seperti anak-anak yang ku jumpai di lorong sempit itu. Aku merasakan kehangatan masa kecilku dulu, semua ingin aku ulangi, aku lakukan lagi, mengekspresikan segala pikiran dalam diri, berteriak tanpa ragu, berlari tanpa henti, dan menangis tanpa batas. Masa ku telah habis, waktu telah dibeli, pikiran tak bisa lagi untuk bebas. Masa kecilku, aku rindu… kini aku memikul tanggung jawab untuk satu masa yang lebih baik.. Satu masa untuk generasiku berikutnya.. Aku melihat 'nya' bermain seperti waktu yang telah ku habiskan ...Â
By FAS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H