Mengenal rusa timor - Cervus timorensis
Rusa secara umum termasuk dalam kelompok hewan herbivora atau pemakan tumbuhan. Sebagai hewan ruminansia, rusa adalah mamalia yang mengunyah, menelan, mengeluarkan dan mengunyah kembali makanannya. Â Berdasarkan struktur lengan (kaki depan), secara taksonomi, rusa diklasifikasikan ke dalam ordo Artiodactyla. Ada 10 famili dalam ordo Artiodactyla, dan rusa tergolong dalam family Cervidae. Berdasarkan catatan taksonominya, para ahli membedakan family Cervidae menjadi tiga sub-famili yaitu Capreolinae, Cervinae dan Hydropotinae, dan rusa timor masuk dalam sub-family Cervinae.
Ciri morfologi rusa Timor
Rusa Jawa  atau Rusa Timor mempunyai tinggi pundak sekitar 100-110cm dan panjang badan 160-195cm dengan bobot badan dewasa mencapai 60-65kg. Rusa memiliki tinggi tumit 0,29 – 0,35 m. Warna bulu coklat kemerahan dengan bagian perut lebih terang dari pada bagian punggung.  Rusa jantan mempunyai ranggah besar, langsing dan panjangnya kurang lebih dua kali panjang kepalanya, sedang rusa betina tidak mempunyai ranggah (Schröder, 1976).
Morfologi rusa timor menurut Schröder (1976); Semiadi dan Nugraha (2004), mempunyai ukuran tubuh yang kecil, tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, gigi seri relatif besar, dan rambut berwarna coklat kekuning-kuningan. Rusa jantan memiliki ranggah yang relatif besar, ramping, panjang, dan bercabang. Cabang yang pertama mengarah ke depan, cabang belakang kedua terletak pada satu garis dengan cabang belakang pertama, cabang belakang kedua lebih panjang cabang depan kedua, cabang belakang kedua kiri dan kanan terlihat sejajar.
Sistem pemeliharaan rusa timor di Manokwari
Rusa timor bukan merupakan hewan asli Papua, tetapi merupakan rusa tropik yang diintroduksi Belanda pada tahun 1928ke Merauke. Selanjutnya rusa timor menyebar ke seluruh wilayah di Papua, termasuk Manokwari.
Pada tahun 2000-an, tren memelihara rusa di Manokwari meningkat dengan pesat. Rusa dipelihara dengan sistem back yard atau diikat di halaman rumah atau pun di tempat umum seperti lapangan atau pun pinggiran jalan. Sistem ini memanfaatkan lahan pekarangan atau lahan kosong, lapangan rumput tanpa menyediakan kandang untuk rusa peliharaan. Rusa digembalakan dengan panjang tali yang bervariasi antara 3 dan 6 m sejak jam 08.00 hingga 18:00. Luas lahan pekarangan untuk memelihara rusa sekitar 50m2. Pengembangannya sebagai hewan peliharaan terlihat lebih efisien karena tidak membutuhkan lahan yang luas.
Rataan suhu yang bervariasi antara 28-31 derajat Celcius dengan kelembaban 76-80%, merupakan kondisi mikroklimat di beberapa tempat pemeliharaan karena memiliki persentase tutupan kanopi dan vegetasi yang beraneka ragam sesuai dengan kondisi setempat. Kemampuan rusa beradaptasi cukup tinggi sehingga hewan ini bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun tidak tersedia kanopi sebagai tempat berlindung seperti di lapangan rumput.
Tata laksana pemberian pakan dan air minum bervariasi di antara pemelihara rusa yang ada. Pakan utama bagi rusa berbeda, bergantung kepada lokasi dimana hewan ini diikat. Komposisi pakan utama terdiri atas rumput (75%) dan daun-daunan (25%). Pakan utama ini diperoleh dari lokasi sekitardan bervariasi antara lain rumput lapangan, alang alang (lmperata cylindrica), rumput gajah (Penisetum purpureum), rumput raja (Penisetum purpureopoidhes), dan Melinis minutiflora. Sedangkan daun- daunan yang dikonsumsi adalah daun pisang (Musa sp.) dan daun beluntas (Pluchea indica).
Ada pemeliharan yang memberikan pakan tambahan diberikan selang dua kali sehari berupa daun-daunan, sisa makanan dan sayuran, serta kulit pisang. Hewan ini umumnya diberi makan dua kali sehari baik pagi-sore maupun siang-sore dilakukan oleh penangkar atau pemlihara rusa.
Hampir semua penangkar memberikan air minum kepada hewan peliharaannya, meskipun ada yang tidak memberikan air minum selama hewan ini digembalakan. Menurut pengalaman mereka, rusa masih sanggup bertahan tidak mengonsumsi air minum selama sehari. Karena itu, ada pemelihara yang melakukan pemberian air minum di sore hari pada saat rusa sudah dibawa kembali ke rumah.
Penyebaran, jenis kelamin dan tujuan pemeliharaan rusa
Rasio jenis kelamin rusa yang dipelihara relatif sama antara jantan dan betina. Kisaran umur rusa betina yang dipelihara yaitu antara 2 sampai 6 tahun, dan jantan antara 3 sampai 6 tahun. Â Sebagian besar rusa berasal dari wilayah pesisir Kepala Burung Papua di Distrik Saukorem, sedangkan lainnya berasal dari Bintuni, Teluk Wondama, dan Anggi di Pegunungan Arfak. Jumlah rusa yang dipelihara umumnya satu ekor, tetapi ada yang memelihara dua atau tiga ekor.
Jumlah rusa, jenis kelamin dan umurnya bervariasi tergantung dari hasil buruan yang kondisinya masih baik, atau anakan rusa yang dipelihara sejak kecil. Tujuan pemeliharaan beragam, ada yang memelihara untuk dikonsumsi; hiburan semata atau hobi; dan untuk dijual lagi.
Penting untuk diingat!!
Menurut pemilik rusa, pemeliharaan rusa bukanlah hal yang terlalu sulit untuk dilaksanakan. Sekalipun dipelihara dengan kondisi seadanya, rusa masih mampu bertahan hidup. Namun, pada saat-saat tertentu pemeliharaan rusa membutuhkan perhatian yang serius, misalnya pada periode ranggah keras rusa jantan. Sifat agresif pejantan ini menjadi faktor pembatas dalam pemeliharaan rusa yang diikat. Rusa jantan sulit hidup bersosialisasi terutama saat musim kawin, dan di alam rusa jantan cenderung menyendiri. Pada rusa Timor sifat agresif pejantan mencapai puncaknya apabila kedua ranggah kerasnya telah tumbuh sempurna (bercabang 6) dan pada salt itulah penangkar harus memberikan perhatian yang ekstra serius terhadap perubahan fisiologi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H