Orang Bijaksana Berpikir Tanpa Berbicara, Orang Bodoh Berbicara Tanpa Berpikir
Semenjak saya menulis artikel yang bersinggungan dengan Pilpres, saya selalu menerima reaksi spontan dari teman melalui WA menanggapi artikel tersebut. Memang sudah kebiasaan saya mengirimkan link artikel tulisan saya kepada teman-teman begitu selesai saya upload. Saya menulis agar artikel dibaca, bukan untuk sekedar pajangan tentunya.
Saat saya masih banyak menulis artikel mengenai bisnis, manajemen, hanya ada tanggapan pro yang saya dapat itu pun respon nya tidak spontan. Namun saat menulis artikel yang bersinggungan dengan Pilpres, muncul tanggapan kontra selain tanggapan pro, dan spontan pula. Seolah-olah ada hal yang harus segera dibantah terhadap tulisan saya. Namun sikap saya menghadapi tanggapan pro dan kontra dalam setiap artikel pilpres tidak berbeda. Mereka tetap teman-teman saya walaupun kita memiliki pilihan yang berbeda. Buat apa juga merusak persahabatan yang sudah lama terbina hanya gara-gara perbedaan pilihan dalam politik.Â
Saat saya menulis artikel dengan judul : Pemilu 2024 Bukan Pemilu Biasa, teman SMA saya langsung mengirimkan WA tanggapan. Tanggapan yang dikirim berupa konten-konten di YouTube yang mendeskritkan capres cawapres pilihan saya. Pas buka WA tersebut, kondisi malam hari saya sedang senggang. Saya tanggapi WA teman saya, kemudian kita saling melakukan counter. Akhirnya terjadi debat kusir antara kami hingga larut malam, dan suprise nya debat itu dilanjutkan di esok pagi. Akhirnya kami sama-sama menyudahi debat kusir karena masing-masing sudah harus bersiap memulai aktifitas, dengan menyepakati bersama bahwa debat kusir antara kita jangan sampai terpengaruh pada hubungan persahabatan kita.
Demikian juga saat saya semalam menulis artikel berjudul : Prabowo Sang Patriot yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Begitu selesai upload dan saya kirimkan link artikel untuk dibaca teman-teman saya, kali ini seorang teman yang saya kenal saat bekerja di perusahaan lama langsung menyerbu WA saya dengan pandangan-pandangan nya. Pas kejadian juga di malam hari, dimana waktu saya juga sudah senggang (karena waktu senggang, makanya menulis artikel). Saya berikan sanggahan atas pandangannya, dan kemudian terulang lagi kejadian saling sanggah menjadi debat kusir. Setelah setengah jam berdebat kusir, kali ini saya yang mengakhiri dengan memberikan pesan bahwa perdebatan kita tidak akan berakhir karena kita masing-masing bertahan pada pandangan sendiri, lebih baik kita akhiri dan kita lanjutkan dengan makan ayam goreng enak sambil membahas hal lain yang tidak berpotensi merusak persahabatan kita. Kita akhiri perdebatan ini dengan saling memuji : "Ya, kamu benar".
Saya terkadang memang senang meladeni diskusi yang saya tahu mengarah ke debat kusir. Daripada senggang lalu bengong, hitung-hitung debat kusir sekalian mengasah otak utk berpikir. He he. Tapi sekali lagi, ini hanya saya lakukan kalau senggang, kalau sedang padat, saya lewati saja. Lagipula untuk meladeni sebuah debat kusir, dibutuhkan kontrol emosi yang kuat. Kalau tidak siap dengan kontrol emosi diri sendiri, lebih biak lewati saja debat kusir tentang apapun juga.
Kita semua pasti sadar sepenuhnya bahwa perebutan suara untuk memenangkan capres junjungan kita, kecil kemungkinan diperoleh dari suara orang-orang yang telah menetapkan pilihan. 2 contoh kejadian yang saya alami sendiri, teman SMA saya mau diberikan data apapun juga, katanya sekali 03 tetap 03. Demikian juga teman mantan satu perusahaan. Mau adu pendapat hingga syaraf otak keluar, bagi dia sekali 01 tetap 01. Saya sendiri, mau diberikan sanggahan atau serangan apapun juga, sekali 02 tetap 02. Jadi perebutan suara itu bukan pada orang-orang yang sudah punya pilihan, melainkan suara orang-orang yg belum menetapkan pilihan, atau yang masih bimbang yang kita kenal dengan Undecided Voters atau Swing Voters.
Saya mengambil data hasil Survey Litbang Kompas yang dirilis di Bulan Desember 2023 ini melalui Kompas.com. Bahwa angka Undecided Voters dalam Pilpres 2024 ini terus meningkat dari survey sebelumnya pada Tahun 2022 hingga mencapai angka 28,7% di Bulan Desember 2023. Sebagian besar pemilih yang belum menentukan pilihan suaranya berasal dari pendukung Jokowi-Ma'aruf dalam Pilpres 2019. Mengapa mayoritas berasal dari pemilih Jokowi-Ma'aruf? Saya bahas dalam artikel lain yah.
Besarnya jumlah Undecided Voter yang hampir menyentuh angka 1/3 pemegang suara dalam Pilpres tentunya merupakan kabar baik dan penyemangat bagi semua capres atas peluang yang masih besar untuk menambah dukungan bagi suara mereka. Namun kalau kembali melihat hasil Survey Litbang Kompas di Bulan Desember 2023 ini, dimana Pasangan Prabowo Gibran mendapat dukungan sekitar 39,9%, walaupun pasangan lain berhasil menjaring suara undecided voter hingga 50% nya pun, tetap tidak akan bisa mengungguli peroleh Pasangan Prabowo Gibran. Itu pun kalau semua Undecided Voter dianggap memberikan hak suara nya.Â
Besarnya jumlah Undecided Voters ini bisa dikatakan menjadi penentu apakah Pilpres 2024 akan berlangsung selama 2 putaran atau berakhir dengan 1 putaran saja. Namun apabila mayoritas Undecided Voters memutuskan untuk menjadi Golput, maka bisa dipastikan Pilpres 2024 akan berakhir 1 putaran saja. Untuk catatan kita jumlah suara Golput dalam 3 pilpres terakhir kita ada di angka 25,19% (2009), 30,22% (2014) dan 18,03% (2019). Suara Undecided Voters dalam Survey Litbang Kompas di Bulan Des 2023 ini hanya berjarak sekitar 30% dari jumlah suara Golput di Tahun 2014. Artinya, ada peluang mayoritas Undecided Voters memilih menjadi golput dalam Pemilu 2024 ini.