Jika sudah berhasil mengembalikan hak-hak Warga Negara Indonesia, kemudian Tuhan memanggil saya, saya akan pergi dengan tersenyum : Prabowo Subianto
Seorang sahabat saya tiba-tiba mengirimkan teks WA kepada saya setelah selesai Acara Debat Capres putaran pertama. Isi nya : "Prabowo mengaku tidak haus kekuasaan tapi berkali-kali maju dalam Pilpres dan berkali-kali gagal, kemudian sekarang maju Pilpres lagi. Kalau bukan haus kekuasaan, apa namanya?".
Bagi saya pribadi : tidak ada yang salah dengan haus kekuasaan. Terlebih dari seseorang yang memiliki kemampuan dan cita-cita yang tinggi. Dan saya salah satu orang yang juga ingin berkuasa. Selama saya bekerja, saya tidak puas hanya menjadi seorang staf, saya ingin memimpin. Oleh karena itu saya harus berkuasa dengan memiliki jabatan yang tinggi agar saya bisa memimpin. Demikian juga dengan dalam berorganisasi, saya tidak mau menjadi anggota. Saya ingin menjadi pemimpin dalam organisasi apapun juga.
Mengapa? Karena saya tahu kapasitas diri saya untuk memimpin. Karena saya tahu apa yang harus saya lakukan saat saya memimpin. Dan semua ini karena saya sangat ingin berprestasi. Oleh sebab itu saya harus memimpin, harus berkuasa. Ambisi besar dong? Ya, benar. Tidak ada yang salah dengan ambisi besar, sepanjang kita tahu kapasitas, kemampuan diri dan kita tahu apa yang harus kita capai dengan kekuasaan (jabatan) di tangan kita.
Yang salah bukan haus kekuasaan nya. Yang salah bukan ambisi besarnya. Yang salah itu kalau ingin meraih kekuasaan hanya karena nafsu ingin terkenal tanpa diimbangi dengan kemampuan. Yang salah itu kalau ingin meraih kekuasaan hanya karena ingin memperkaya diri sendiri dan kroni-kroni nya. Yang salah itu kalau ingin meraih kekuasaan hanya karena ingin memenuhi ego pribadi nya yang sama sekali tidak mampu memberikan manfaat bagi orang banyak melalui kekuasaan di tangan nya.
Bagaimana dengan Prabowo ?
Kalau kita bicara kemampuan, kita bisa melihat rekam jejak seorang Prabowo. Saat berkarir di militer, dalam usia 47 tahun Prabowo telah duduk di posisi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat yang ke-22. Prabowo mengakhiri karir di militer dengan pangkat Letnan Jendral pada Tahun 1998. Prabowo mengawali karir nya di militer pada Tahun 1974 saat dirinya berusia 23 tahun. Pada Tahun 1978, tepatnya 4 tahun kemudian, Prabowo telah memperoleh Pangkat Letnan Satu.
Karir militer Prabowo terus meningkat, dan Prabowo mendapatkan semua promosi jabatannya tanpa mengandalkan nama orang tua. Kalau hanya mengandalkan nama orang tua, Prabowo tidak mungkin dikirim berperang ke Timor Timur. Kalau hanya mengandalkan nama orang tua, Prabowo tidak perlu bersusah payah ikut latihan hingga menyebabkan cedera di kaki nya. Kalau hanya ingin mengandalkan nama orang tua, bahkan seorang Prabowo tidak perlu terjun ke dunia militer yang beresiko nyawa.
Dari riwayat militer Prabowo, jelas Prabowo punya kemampuan yang baik, punya kapasilitas dalam memimpin dan sudah pasti Prabowo berjiwa patriot. Prabowo, juga prajurit-prajurit TNI lain, tidak gentar menyerahkan nyawa mereka demi menjaga keutuhan negara. Tanpa mengecilkan profesi lain yang juga memiliki jiwa nasionalisme dan patriotik yang tinggi, seseorang yang masuk menjadi tentara sadar bahwa nyawa mereka harganya tidak semahal keutuhan, persatuan dan kesatuan NKRI. Terus terang saya sangat miris mendengar ucapan politikus yang dengan begitu mudah menyerang kehormatan seorang patriot seperti Prabowo. Apalagi ucapan itu keluar dari mulut seseorang yang karir politiknya diperoleh atas jasa dari Prabowo.
Usaha dipersulit karena posisi pebisnis sebagai oposisi?
Secara kapasitas dan kemampuan, kita tidak perlu meragukan lagi nama Prabowo. Bagaimana dengan faktor lain? Apakah benar seorang Prabowo khawatir bisnisnya tidak berkembang kalau hanya menjadi seorang oposisi sebagaimana yang dituduhkan? Apakah faktor bisnis semata yang menyebabkan Prabowo mengejar jabatan Menhan hingga kembali ikut serta dalam Pilpres 2024 ini?
Satu hal yang harus kita sadari bahwa Prabowo bukan pebisnis kelas teri. Adik Prabowo, Hasyim juga seorang pebisnis yang namanya harum dan terkenal. Dengan kapasitas bisnis yang miliki Prabowo dan juga Hasyim, siapa yang berani "mengganggu"?. Pemerintah juga tidak akan sebodoh itu mengganggu usaha dari seorang pebisnis oposisi. Karena kalau usaha dari seorang pebisnis oposisi sampai ditutup, dampaknya bukan hanya dirasakan oleh pebisnis oposisi, melainkan juga pemerintah sendiri. Kalau usaha Prabowo, Hasyim sampai ditutup dan seluruh karyawan di PHK, memangnya pemerintah yang akan menggaji seluruh karyawan nya begitu saja?Â
Kita semua tahu bahwa pemerintah bersusah payah mendorong investasi dari dalam negeri, bahkan berusaha menarik investasi dari luar. Demi menurunkan tingkat pengangguran negara. Kok bisa-bisanya dikatakan pemerintah mempersulit, menghambat usaha pebisnis dari kelompok oposisi pemerintah? Belum ada rekam jejak kelakuan seperti ini di Zaman Reformasi. Saya yakin pemerintah di Zaman Reformasi juga tidak akan sebodoh itu melakukan hal-hal yang dituduhkan. Sangat beresiko bagi pemerintah. Jadi tuduhan bahwa dengan beroposisi maka bisnis dihambat, menurut saya untuk Zaman Reformasi ini, sungguh terlalu mengada ada.
Apa yang dicari Prabowo dalam hidup ini ?
Secara finansial, Prabowo sudah mendapat lebih dari sekedar cukup. Secara hidup, sebenarnya seorang Prabowo tidak perlu lagi bersusah payah mempimpin partai dan mengabdi sebagai seorang Menteri, apalagi kalau dituduh haus jabatan Presiden. Singkatnya, Prabowo tidak butuh jabatan Presiden untuk hidup kaya, nyaman atau hanya karena ingin dihormati. Prabowo sudah memiliki itu semua.
Jawaban dari pertanyaan apa yang dicari seorang Prabowo tidak sulit kita temukan. Kita tinggal kilas balik riwayat hidup seorang Prabowo. Saat muda, sebagai anak dari keluarga yang berada, prabowo bisa saja hidup senang dan bahkan sangat mungkin sanggup hidup berfoya-foya. Siapa yang menolak slogan : Muda berfoya-foya, Tua Hidup Senang, mati Masuk Surga? Ya,Prabowo menolak slogan itu dengan memilih mengabdikan hidupnya bagi negara dengan menjadi seorang tentara. Prabowo adalah seorang Patriot bangsa. Dan seorang Patriot sejati tidak akan berhenti mengabdi hingga ajal menjemputnya.
Itu lah sebabnya Prabowo berulang kali berbicara dalam forum, dalam kampanye, bahwa PRABOWO SUDAH SELESAI DENGAN DIRI NYA SENDIRI. Bahwa hidup Prabowo kini sudah bukan lagi tentang Prabowo seorang, karena Prabowo sudah memilikinya apa yang diinginkan. Prabowo tahu masih banyak masyarakat yang hidup dibawah kemiskinan setelah sekian lama kita merdeka. Prabowo tahu bahwa berpuluh-puluh tahun Indonesia merdeka, bahwa manfaat kekayaan alam belum banyak dirasakan oleh bangsa kita sendiri. Prabowo tahu bahwa keberagaman suku, agama dan ras di Indonesia merupakan amanah yang harus dijaga persatuan dan kesatuannya. Prabowo tahu bahwa sepanjang perjalanan hidupnya dari dulu hingga kini, ia hanya punya 1 (satu) cinta, yaitu kecintaan Prabowo pada Bangsa dan Negara Indonesia. Seorang Prabowo tidak akan berhenti meraih kekuasaan untuk digunakan bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Karena bagi Prabowo, pengabdian pada bangsa dan negara nilainya jauh berada diatas kehidupan pribadi nya.
Sekali lagi, haus kekuasaan bukan lah momok negatif dalam hidup. Bagi seorang Patriot seperti Prabowo, kekuasaan memang harus berada di tangannya, agar Prabowo bisa bekerja mengabdi pada bangsa dan negara. Bagi Prabowo, kekuasaan itu bicara PENGABDIAN. Apalagi dengan segudang pengalamannya selama ini, Prabowo sudah tahu apa yang harus diperbaiki dan dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.Â
Kekuasaan itu baik di tangan pemimpin yang tepat. Dengan segala perjalanan hidupnya, ketulusan hatinya, pengabdiannya bagi bangsa dan negara ini, dengan segala kesuksesan hidup dan finansial yang telah dicapai, dengan jiwa patriotiknya, Prabowo memang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Kini saat nya bagi Prabowo utk mengabdikan hidupnya bagi bangsa dan negara.Â
Salam,
Freddy Kwan
Catatan : Artikel ini juga ditayangkan penulis di situs www.brp.or.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H