Sebaliknya kelompok yang lain melihat arti Darah Indonesia dalam konteks kebangsaan yang tidak terpasung pada suku dan ras semata: siapa aja yang lahir dari orangtua WNI di Indonesia, besar di Indonesia, makan minum dari bumi Indonesia, mencari nafkah di Indonesia, ialah orang Indonesia dengan darah Indonesianya, sehingga ia patut membela ke-Indonesia-annya.
Bicara darah Indonesia dalam konteks fisik akan sangat panjang. Baru-baru ini kita juga diramaikan dengan informasi hasil tes DNA beberapa tokoh di Indonesia.
Hasil penelitian tersebut harusnya membuka mata kita semua, bahwa kita semua dilahirkan dari perpaduan berbagai etnis di belahan dunia. Grace Natali, WNI Keturunan Tionghoa, ternyata memiliki Gen Afganistan. Ayu Utami, memiliki Gen Kurdi dan India.Â
Najwa Shihab yang selama ini kita yakini sebagai keturunan Arab seratus persen, ternyata hanya memiliki Gen Arab sebesar 3,4%.
Muhammad Rifai Riza, didominasi dengan Gen India, sampai membawa pemahaman baru bagi dirinya: mengapa ia begitu nyaman dengan aroma, rasa atau lingkungan yang banyak orang Indianya.Â
Budiman Sudjatmiko dan Hasto Kristiyanto memiliki jejak Gen Yahudi melalui Gen Samaritan dalam diri mereka (Kaum Samaritan adalah campuran Orang-Orang yahudi dengan Orang-Orang Assyria).
Secara keseluruhan penelitian tersebut ingin mengungkapkan bahwa tidak ada Manusia Indonesia yang murni berdarah Indonesia. Semua sudah bercampur dengan gen nenek moyang atau leluhur masing-masing individunya.
Ahmad Arif, seorang Wartawan Kompas yang menjadi pembicara dalam acara kajian sains modern "Asal Usul Manusia Indonesia", mengungkapkan bahwa tidak ada satu pun orang Indonesia yang memiliki Gen murni.
Ia menyampaikan bahwa hasil tes DNA yang ia lakukan, menunjukkan bahwa leluhurnya berasal dari Tiongkok sekitar 9.000 tahun lalu, yang menyebar ke Kawasan Barat dan Selatan Asia Tenggara, hingga akhirnya masuk ke Pulau Jawa.
Kembali ke Agnes, walaupun ucapannya tidak seratus persen salah atau seratus persen benar, saya sungguh menyayangkan harus ada ucapan numpang lahir dan agama keluar dari mulutnya.Â
Suka atau tidak, Agnes adalah duta WNI yang sedang berkarya di negeri orang. Harusnya ia lebih berhati-hati dalam menata kalimatnya agar tidak sampai di'plesetkan' ke mana-mana.