Hasilnya? Perlahan produk perusahaan ini tersingkir di pasar oleh kompetitor. Mengapa? Karena retailer sudah berpaling muka ke kompetitor.
Khusus untuk kejadian terakhir ini saya ingin menambahkan, memang benar di industrial goods jualannya menitik beratkan pada spesifikasi produk dan juga sensitivitas harga.Â
Namun di consumer goods hal ini tidak berlaku. Konsumen di Consumer Goods tidak perlu spesifikasi produk (ada namun bukan pertimbangan utama), dan konsumen bersedia membayar harga lebih tinggi asalkan mendapatkan pelayanan yang lebih baik, atau karena faktor gengsi. Di Consumer Goods, yang penting adalah bagaimana caranya memainkan emosional konsumen dari tidak minat beli menjadi mau membeli. Jauh berbeda dengan Industrial Goods.
Di kasus lain, saya mendengar ekspatriat dari Negara Maju yang saat penugasan di Indonesia tidak mau mengubah cara berpikir serta tidak melakukan analisa mendalam. Sehingga mereka hanya bisa (mau) menerapkan cara dan strategi lamanya yang dianggap telah berhasil di negara asalnya.Â
Padahal sudah pasti budaya bekerja berbeda, geografis berbeda, pola dan tabiat konsumsi dari konsumen juga berbeda, namun tetap saja berpegang teguh pada cara-cara kerja dan strategi yang dianggapnya "sudah benar" dan teruji di negara asalnya.
Hasilnya? Kinerja penjualannya tumbuh sangat lambat dan tertinggal dari perusahaan sejenis di Indonesia.
Masih ada 2 kasus yang saya ketahui. Namun semuanya memiliki kesamaan : Salah Kaprah dalam Strategi, tidak mau melakukan analisa mendalam sebelum menerapkan sebuah strategi yang tepat. Terlalu melekat pada kenangan di tempat lama dan ego yang tinggi.
Oleh sebab itu, penting bagi seorang eksekutif untuk melepas ego nya dan mau "turun ke lapangan" untuk menganalisa, mencari informasi pasar dan "belajar" dari bawah kembali.Â
Tanpa ini semua, eksekutif akan terjebak pada ego yang membawanya menjalankan Strategi Salah Kaprah : strateginya tidak tepat di tempat dan waktu yang salah, namun masih ngotot merasa ini yang paling benar dan tidak mau merubahnya. Semoga hal ini tidak terjadi kepada kita semua.
Best Regards,
Freddy Kwan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI