Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Siapa Mau Menjadi Salesman?

21 Mei 2019   07:51 Diperbarui: 21 Mei 2019   07:59 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salesmanship is limitless. Our very living is selling. We are all salespeople

JC Penny

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengisi sesi di sekolah dimana saya menjadi alumni, kepada murid-murid SMA kelas 12 mengenai mata pelajaran kewirausahaan. Karena wirausaha tidak terlepas dari kegiatan menjual, saya memilih utk membawakan materi mengenai salesmanship dalan kesempatan tersebut.

Siapakah diantara kita yang semasa SMA pernah bertekad setelah lulus sekolah ingin menjadi seorang salesman? Tidak ada bukan? Kebanyakan kita ingin menjadi bos perusahaan sendiri. Sebagian ingin menjadi guru atau dosen untuk mengabdikan ilmu nya. Sebagian ingin bekerja saja dengan harapan bisa menduduki posisi puncak di perusahaan tersebut. Sebagian ingin mengabdi pada masyarakat dengan melibatkan diri dalam organisasi nirlaba. Intinya tidak ada yang ingin menjadi Salesman.

Salesman memang profesi yang "tidak dianggap" orang sebagian besar masyarakat. Bahkan dalam kebanyakan perusahaan, orang-orang yang duduk di divisi lain merasa lebih superior daripada Divisi Penjualan. "Salesman mah identik dengan kekumalan" (karena biasanya salesman sering keliling / keluyuran menjajakan jualannya). Bahkan sepertinya profesi wiraniaga itu adalah posisi paling akhir yang terpaksa dipilih setelah ditolak di bagian keuangan, personalia, produksi, dan lainnya.

Jujur saya sendiri semasa SMA juga tidak berpikir utk terjun ke dunia penjualan. Saya memilih menjadi tenaga pemasar dari pada penjual karena pemasaran lingkupnya lebih luas daripada menjual. Lebih keren juga terdengarnya. Di SMA saya pun telah membaca buku mengenai Dasar-dasar Pemasaran karya Philip Kottler. Kuliah pun memilih jurusan Manajemen Pemasaran. Kemudian saat saya mulai bekerja, pilihnya bidang promosi dan business development. Saya sudah merasa sedikit lebih hebat daripada yang bekerja sebagai salesman.

Hingga kemudian saat saya bekerja di sebuah perusahaan consumer goods, mau tidak mau saya harus belajar mencintai profesi penjual. Saya ditunjuk sebagai Kepala Cabang di suatu provinsi di Jawa dengan tanggung jawab utama meningkatkan kinerja penjualan cabang tersebut. Bersyukur saat itu saya memiliki "guru" pembimbing yang hebat. Beliau membimbing saya dengan hanya menyampaikan 2 (dua) nasehat ampuh sebelum penugasan saya ke cabang tersebut :

1. Saya tidak minta kamu menjual produk perusahaan. Saya minta kamu menjual diri kamu ke dealer-dealer. Kalau diri mu laku, otomatis produk perusahaan saya laku sendiri.

2. Saya tidak peduli seberapa keras kamu telah bekerja. Apakah kamu jam 5 pagi sudah tiba kantor, dan pulang ke rumah jam 1 pagi, tapi kalau target yang saya berikan tidak pernah tercapai, di mata saya kamu belum bekerja.

Saya "terpaksa" belajar ilmu menjual. Saya membantu team penjual di cabang untuk mencapai target penjualan mereka, kalau ada hambatan, saya langsung turun tangan menangani nya bersama salesman. 

Kinerja salesman saya monitor tiap hari untuk memastikan mereka berhasil menjual. Semua ini kemudian secara langsung membentuk karakter dan pandangan saya dalam bekerja : Goal Oriented. Harus bisa capai tujuan (target), bagaimana pun caranya. Dan ternyata kini saya malah semakin mencintai profesi di bidang penjualan ini.

Harus kita akui kalau profesi penjual memang masih dipandang sebelah mata. Jangankan orang lain, kita pun sering kali tidak jujur saat ditanya teman atau calon pacar dan calon mertua. "Saya Marketing". Tidak berani menjawab " Saya seorang Salesman". Padahal kita harus jujur bahwa yg namanya menjual itu ada dalam setiap sendi kehidupan kita. 

Mau jadi guru / dosen? Harus mampu menjual diri dan ilmu nya agar diterima bekerja sehingga bisa menjadi guru / dosen. Mau bekerja jadi manager, general manager bahkan direktur juga harus mampu menjual dirinya. Harus mampu menunjukkan kualitas dirinya. 

Kalau hanya cerdas, pintar, sanggup menyelesaikan masalah kerja yg rumit, namun tidak bisa menjual kemampuan dirinya, pendiam / malu-malu, tidak bisa bergaul, cenderung pasif, tidak akan mungkin dipromosikan ke jenjang karir yg lebih tinggi. 

Demikian juga kalau kita bekerja di organisasi nirlaba, juga harus bisa menjual. Yang dijual adalah jasa dan pelayanannya kepada masyarakat. Pembeli jasanya? Perusahaan-perusahaan melalui dana CSR, atau bantuan pemerintah. Organisasi nirlaba yang tidak mampu "menjual" jasa dan pelayanannya, dipastikan tidak ada perusahaan / pemerintah yang mau mendukung pendanaan, sehingga akhirnya organisasi tersebut pun tidak akan hidup lama.

Mau menjadi tentara / polisi dan mendapat jenjang pangkat yg baik juga harus bisa menjual dirinya. Apa yang dijual? Dedikasi diri, ketrampilan, kecerdasan, ketaatan dan kemampuan organisasi serta kepemimpinan.

Bahkan untuk mendapat pasangan guna membangun rumah tangga pun kita harus mampu "menjual" diri kita. Pria "menjual" dirinya agar diterima wanita dan keluarga wanita. Wanita "menjual" dirinya kpd pria dan keluarga pria. Apa yang dijual? Perhatian, sayang, komitmen, kerja keras pria untuk menghidupi dan memberikan yang terbaik bagi keluarganya, serta lainnya.

Apapun yang kita kerjakan, semua nya butuh dijual sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan masing-masing. Bentuk / jasa nya boleh berbeda, tapi intinya tetap saja harus ada yang bisa dijual sehingga kita memperoleh imbal balik. 

Kalau begitu, mengapa kita cenderung menghindari profesi salesman?

Tidak semua orang mau menjadi seorang salesman karena semua tahu, menjadi salesman itu berat. Salesman harus berhadapan dengan orang-orang yang (lebih banyak) tidak kita kenal. Harus bisa mempengaruhi prospek untuk mau membeli produk / jasa yang kita tawarkan. Kalau bertemu orang lain saja sdh malu, bagaimana mungkin bisa berhasil menjual? Mungkin benar kata orang kalau salesman sukses itu adalah orang yang sudah hilang kemaluannya....

Dibutuhkan 3 Ketrampilan + 1 Pandangan untuk bisa menjadi seorang salesman yang sukses.

3 Ketrampilan itu : 

1. Menjadi orang yang menyenangkan, penuh semangat dan selalu tersenyum. 

Bayangkan kalau baru mau pendekatan menjual saja muka kita sudah cemberut, atau penuh keputus asaan, tidak semangat. Siapa yang mau mendengar penjelasan kita apalagi membelinya? Dan untuk menjadi orang yg menyenangkan ini tidak tergantung pada sifat. Tidak ada alasan : "Saya introvert pak, jadi saya gak bisa". Tidak. Dimana ada kemauan, maka disitu ada jalannya. Menjadi orang yang menyenangkan atau tidak itu pilihan bukan bawaan orok. 

2. Memiliki pengetahuan yang baik dan pandai berbicara / membangun komunikasi yang positif.

Jualan di jaman sekarang tidak sama dengan jualan di masa lampau. Ibarat kata orang, jualan obat di jaman dulu asal pintar ngecap, berwibawa saat bicara, orang bisa percaya dan membeli. Tapi jaman sekarang jangan harap bisa jualan gombal seperti jaman dulu. Jualan jaman sekarang dibutuhkan pengetahuan yang baik terhadap produk sendiri dan produk pesaing (lebih bagus kalau dapat memahami kebutuhan konsumen ), ditambah dengan kemampuan komunikasi yang baik, baru bisa sukses. 

Kalau dulu saya sering berkelakar : sebelum ketemu konsumen harap pastikan selalu siapkan spidol untuk membuat tahi lalat di bibir. Kalau sekarang, tahi lalat tetap perlu, tapi juga harus didukung dengan pengetahuan yang baik. 

3. Mental baja dan pantang putus asa.

Seorang salesman yang berhasil adalah mereka yang telah mendapat penolakan ribuan bahkan jutaan kali. Tidak ada salesman sukses yang tidak pernah mengalami penolakan. Justru, mereka percaya bahwa semakin sering ditolak, semakin mendekat pada kesuksesan.

1 Pandangan itu :

Satu musuh itu terlalu banyak, seribu teman itu terlalu sedikit.

Seorang salesman sukses sadar akan pentingnya jaringan pertemanan, hubungan baik dengan orang-orang sebagai kunci utama untuk mendukung kesuksesannya. Kita ingin menjual produk atau jasa sebanyak-banyaknya kepada lebih banyak orang lagi, bukan? Kalau temannya itu-itu saja, tidak berusaha memperluas jaringan pertemanan, bagaimana mungkin bisa mendapat prospek atau peluang baru?

Ternyata menjadi seorang salesman itu tidak mudah. Tapi dengan menjual inilah yang membuat suatu perusahaan atau organisasi hidup dan maju. Kalau perusahaan tidak memiliki salesman, tidak melakukan aktifitas menjual sama sekali, darimana perusahaan mendapat keuntungan untuk menjalankan perusahaan? Salesman itu penting. Namun tidak berarti bagian lain tidak sepenting salesman. Semua bagian mengemban tugas dan tanggung jawab masing-masing. Semua bagian harus saling bahu-membahu untuk bisa maju.

Terakhir, saya ingin mengutip quotes bagus sebagai penutup artikel ini :

Selling is not something you do TO SOMEONE. It is something you do FOR SOMEONE -- Zig Ziglar.

Salam menjual,

Freddy Kwan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun