Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Bisnis - Pembicara - Penulis - Aktifis

Better is not enough. The best is yet to come

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Haruskah Takut terhadap Target Tinggi?

20 Mei 2019   23:29 Diperbarui: 22 Mei 2019   08:02 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Michaelangelo (1475-1564) : "Bahaya terbesar manusia bukanlah ketika menetapkan tujuan yang tinggi lalu gagal, melainkan menetapkan tujuan yang terlalu rendah lalu berhasil meraihnya"

Seberapa jauh kah kemampuan diri kita? Apakah kita memiliki kemampuan dan bisa mencapai sesuatu yang lebih tinggi dan besar?  Mungkin ini merupakan pertanyaan yang sering kita tanyakan kpd diri sendiri di saat mendapat suatu tantangan untuk mencapai target yang lebih tinggi.

Kalau anda sempat menonton film Lone Survival, di awal film ada suatu pernyataan yang menarik. Disaat calon tentara elite dibentuk, mereka digembleng hingga pada batas kemampuan fisik dan mental yang diluar pemikiran "kemampuan" mereka. Mereka mencapai suatu kondisi yang di awal mereka sendiri tidak menyangka bahwa mereka sanggup melaluinya dan ternyata mereka berhasil!.

Jadi, sampai batas mana kemampuan diri kita sesungguhnya?

Pertama kali saya membaca quote dari Michaelangelo diatas, saya langsung menyukainya. Dan memang benar. Banyak dari kita yang pencapaian kariernya biasa saja. Bukan karena kita memang ditakdirkan menjadi manusia biasa. Melainkan karena kita "membatasi" diri kita untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi. Terlebih lagi kita yang hidup dalam adat ke-Timur-an, dimana ambisi merupakan sesuatu hal yang tabu di dengar oleh telinga, dan sebaliknya kepasrahan pada nasib merupakan nasehat yang terbaik dalam hidup.

Dalam dunia bekerja, terutama di bagian penjualan / pemasaran, kita pasti pernah mengalami atau bahkan sering mendapat permintaan pertumbuhan target yang tinggi. Pemilik perusahaan atau direksi tentu ingin pertumbuhan setinggi tingginya. 

Sementara pada umumnya team sales akan berusaha melakukan "negosiasi" untuk mendapat target pertumbuhan penjualan yang serendahnya sehingga mudah tercapai, atau paling tidak di angka moderat : pertumbuhan yang sdh pernah tercapai sebelumnya. 

Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang selalu mencari tantangan kerja, target pertumbuhan penjualan tinggi akan menjadi suatu "tantangan baru" baginya untuk membuktikan kapasitas dirinya dan team yang dipimpinnya.

Orang-orang yang pesimis atau mereka yang tidak mau berpindah dari zona nyaman akan mengeluh dan berusaha menyakinkan direksi bahwa pertumbuhan penjualan yang tinggi adalah mustahil dilengkapi dengan segudang alasan alasan untuk mendukung pernyataan mustahil mereka. 

Ini yang disampaikan oleh Michaelangelo : orang-orang demikian hanya akan diam di tempat, tidak bisa memaksimalkan potensi diri mereka, sehingga akhirnya mereka akan terkurung menjadi manusia biasa selamanya. Ini lah bahaya nya target rendah.

Sebaliknya, orang-orang optimis segera melakukan penghitungan dan perencanaan untuk mencapai target pertumbuhan penjualan yang diharapkan dicapai (tinggi). Bahasa yang keluar dari mulut mereka : kami bisa mencapai target pertumbuhan penjualan yang diberikan, dengan ini kami ajukan rencana kerja beserta dukungan yang dibutuhkan untuk mencapai target tsb.

Kalau begitu, artinya semua permintaan target pertumbuhan penjualan tinggi harus kita akomodasi mentah mentah? Tidak begitu. Bahwa benar kita tidak boleh mengeluh. Namun langkah yang paling bijak adalah menggali potensi dan mengajak team untuk berpikir "out of the box" terlebih dahulu guna mencapai target tersebut sebelum mengeluarkan kata : TIDAK BISA.

Di saat saya bekerja di sebuah perusahaan consumer goods nasional, setelah di Tahun 2011 memberikan pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dari angka pertumbuhan yang telah dicapai sebelumnya yaitu 33%, saya ditantang oleh pemilik perusahaan untuk mencapai pertumbuhan penjualan sebesar 50% di Tahun 2012. 

Saya tampung permintaan ini dan segera melakukan analisa pencapaian yang telah diperoleh selama Tahun 2011, selanjutnya saya petakan bagian mana yang masih harus diperbaiki, mana yang masih menyimpan potensi penjualan yang tinggi, mana yang sudah mulai jenuh dan bagaimana mengantisipasinya. 

Setelah melakukan analisa dan perencanaan, saya memanggil team penjualan dibawah saya membahas permintaan pertumbuhan penjualan sebesar 50% ini. Mayoritas jawaban yang langsung saya terima adalah TIDAK MUNGKIN, karena sejarahnya dulu belum pernah ada pertumbuhan penjualan setinggi angka 50% dalam setahun. 

Saya sampaikan analisa dan rencana kerja saya, kemudian meminta team untuk membuka mata dan melakukan hal yang sama seperti yang telah saya lakukan. Intinya : mari kita berpikir secara "out of the box". Selama kita berpikir dalam pola pikir yang lama, jangankan 50%, 30% pun sebenarnya tidak mungkin bisa dicapai.

Syukur dalam perjalanannya, selain strategi penjualan dan promosi yang lebih terpadu dan bersinergi, dari awal Tahun 2012 hingga Bulan Oktober 2012, pertumbuhan penjualan bergerak di angka 49%-50% dibandingkan kinerja dalam periode yang sama di Tahun 2011. Seluruh team bekerja keras, saling bahu membahu untuk memastikan kinerja pertumbuhan kumulatif setiap bulan berkisar di angka 48%-50%. 

Team promosi saya dorong untuk lebih gencar melakukan promosi yang efektif dan terukur. Banyak kegiatan promosi yang sebelumnya tidak dilakukan, kami lakukan di tahun tersebut. Namun semua kegiatan promosi yang gencar ini senantiasa dijaga agar rasio dan total pengeluarannya tidak melebihi pagu anggaran promosi yang telah ditetapkan.

(Bulan November 2012 saya mengajukan pengunduran diri, informasi yang saya peroleh dari situs keuangannya, di akhir Tahun 2012, perusahaan tersebut menutup penjualan di angka 47%. Suatu pencapaian yang fantastis dan menjadi rekor pencapaian hingga sekarang)

Saya ingin berikan perumpangan sederhana seperti ini terhadap bagaimana kita menyikapi permintaan yang diluar kebiasaan kita, yang sebelumnya kita anggap sesuatu yang mustahil :

Seorang kuli angkut biasa mengangkat maksimal 3 (tiga) karung beras sekali jalan dari Titik A ke Titik B. Permintaan kpd kuli angkut tsb untuk meningkatkan performa dengan mengangkat 10 (sepuluh) karung beras sekali jalan tentunya akan menjadi suatu hal yang mustahil bisa dilakukan kalau cara berpikirnya masih terikat dgn pola kerja lama. 

Kuli angkut yang pesimis akan mengeluh dan bahkan mengeluarkan makian agar target 10 (sepuluh) karung sekali jalan dibatalkan. Sebaliknya kuli angkut optimis akan mencari akal. Dia mungkin segera mengumpulkan kayu-kayu kemudian meminta dukungan dari majikannya berupa 2 (roda) roda untuk membuat sebuah gerobak. 

Dengan gerobak tersebut, mengangkut 10 (sepuluh) karung beras sekali jalan menjadi tidak mustahil. Target yang diminta terpenuhi, namun pemilik perusahaan juga tidak bisa diam saja. Perusahaan harus bisa memberikan dukungan yang dibutuhkan team nya dalam memenuhi target tersebut. Hasil yang lebih besar selain butuh usaha yang besar juga pasti membutuhkan dukungan.

Daripada sibuk berpikir TIDAK BISA saat memperoleh target tinggi, bukankah lebih baik waktunya digunakan untuk mulai memikirkan rencana kerja dan dukungan yang dibutuhkan guna mencapai target tersebut.?

Salam,
Freddy Kwan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun