Mohon tunggu...
Farid Kamal
Farid Kamal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan menunggu banyak baru kamu akan bersyukur, akan tetapi bersyukurlah! maka semua akan terasa banyak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Narasi

15 Oktober 2022   21:58 Diperbarui: 15 Oktober 2022   22:10 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perjalanan Yang Tak Terlupakan

Di pagi hari yang cerah dan sejuk, berkumpul beberapa teman pondok yang ingin melakukan perjalanan jauh ke Garut. Perjalanan ini dilakukan di masa libur panjang lebaran tahun lalu yang diikuti oleh beberapa orang, yaitu : Jibran, Idiq, Jadit, Supi, dan saya sendiri Kamal. 

Kita mempunyai beberapa tujuan destinasi disana, akan tetapi tujuan utama kita adalah Rumah Pirman. Rumah tersebut sekaligus menjadi tempat tinggal dan peristirahatan sementara selama di Garut. Pirman juga termasuk teman pondok kita yang berdomisili di sana dan dia-lah yang akan membantu menemani perjalanan kita selama disana.

Sebelum melakukan perjalanan, kita sudah mempersiapkan barang bawaan yang akan kita bawa kesana dari beberapa hari yang lalu, termasuk kendaraan yang akan kita gunakan untuk perjalanan kali ini. 

Semua persiapan sudah dipersiapkan secara maksimal, dengan tujuan agar perjalanan berjalan dengan lancar, aman, dan selamat. Dalam perjalanan kali ini, kita menggunakan tiga motor, satu diantaranya bermesin manual. Setelah semua persiapan dirasa cukup, maka tiga orang diantara kita bersiap untuk menyalakan motor. 

Disela-sela menyalakan motor, Kamal bertanya, "Emang lu pada tau jalan biar bisa nyampe sono?", Jadit menjawab, "Taulah kan ada google maps", Jibran pun ikut menjawab, "Hahaha sa ae lu, tapi ada benernya juga si". 

Setelah semua sudah naik keatas motor, Kamal berkata, "Temen-temen minta perhatiannya sebentar, alangkah baiknya kita membaca doa terlebih dahulu sebelum kita melakukan perjalanan, dengan harapan, semoga perjalanan kita berjalan dengan lancar dan sampai tujuan dengan selamat". Lalu semua menjawab dengan serempak, "Amin". Kamal menambahkan, "Al-fatihah". Setelah itu mereka semua memulai perjalanannya ke Garut.

Tepat pada pukul 07.00 WIB kami berangkat ke Garut. Selama perjalanan saya sangat merasakan betapa indah dan pentingnya kebersamaan, karena acap kali masing-masing dari kita tersasar, akan tetapi semua dapat kembali normal karena kebersamaan tersebut. 

Waktu telah menunjukkan pukul 13.00, kita berhenti sebentar di bahu jalan. Supi berkata, "Aing laper pisan yeuh, urang solat heula apa dahar heula nya?". Idiq menjawab, "Dahar heula atuh, soalna lamun urang solat heula tapi can dahar engke sholat na teu khusyuk". 

Supi kembali membalas, "Bener pisan euy". Setelah sepakat, maka kita makan dulu di Rumah Makan Padang. Selesai makan, maka kita melanjutkan perjalanan sekaligus mencari masjid untuk solat. Beberapa menit kemudian kita menemukan masjid yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, lalu kita solat Jama' Qoshor secara berjamaah. Usai solat, kami segera melanjutkan perjalanan.

Pada akhirnya, kami sampai di Rumah Pirman (Garut) dengan selamat pada pukul 19.00 WIB dan langsung disambut oleh makanan yang telah disediakan lengkap dengan lauk pauknya. Disela-sela waktu makan, Pirman bertanya, "Lama amat dah lu pada, dari jam 7 ketemu jam 7 lagi". 

Lalu aku menjawab sambil tertawa, "Hahaha gimana ga telat man orang nyasar mulu, ditambah google mapsnya gajelas" pirman menjawab sambil tersenyum, "Ya emang kadang google maps mah begitu mal". Setelah makan dan solat, kami langsung istirahat agar esok hari bisa kembali fit.

Ayam berkokok menandakan hari sudah pagi, kami bergegas untuk solat dan bersiap untuk pergi ke destinasi pertama kita yaitu Pantai Sayang Heulang yang terletak di Garut Selatan. Perjalanan kesana memakan waktu tiga jam dengan medan jalanan yang luar biasa memacu adrenalin dan butuh konsentrasi penuh, karena sebelah kanan kita bukit dan sebelah kiri kita jurang. 

Sesampainya di Pantai jadit berkata, "Masya Allah, indah banget pantainya tapi sayang kotor dan banyak banget anjing". Idiq menjawab, "Iya sayang banget, kita jadi harus lebih berhati-hati". "Iya apalagi kalo sampe kena air liurnya kan ribet mandinya hahaha", sambung aku. 

Pantai ini termasuk yang sepi pengunjung karena tepinya didominasi dengan karang dan hanya sedikit pasir. Kita semua sangat menikmati pantai ini dengan cara berenang, foto-foto dan santai di pinggir pantai sambil bercerita tentang kehidupan masa lalu di pondok. Capeknya terbalaskan dengan apa yang dilihat dan dirasakan ketika disana.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 16.00 dan kita bersiap untuk kembali. Saat di parkiran kita melihat kejanggalan, yaitu ban motor jadit bocor, padahal selama perjalanan pergi tidak ada kendala apapun. Kita bingung karena jarak dari gang ke pantai lumayan jauh. jadit berkata, "Duh! Gimana nih gamungkin bisa ditaekin terus distut, nanti malah ngerusak jari-jari". 

Jibran menjawab, "iya juga ya, yaudah biar gua ama Kamal cari tukang tambal ban dan minta buat di benerin disini". Beberapa menit kemudian Jibran dan Kamal datang dengan membawa serta tukang tambal ban. 

Setelah diperbaiki kami melanjutkan perjalanan kembali ke rumah Pirman dengan waktu menunjukkan 17.15 WIB, sudah sangat petang dan pastinya kita akan melewati jalur yang sama dengan kegelapan tanpa adanya lampu selain lampu dari masing-masing kendaraan kita. 

Motor yang saya kendarai lampunya redup dan kurang terang, lagi-lagi kebersamaan sangat penting disini, posisi saya berada di tengah-tengah mereka dan alhamdulillah selamat sampai tujuan pada pukul 21.00 WIB. Sesampainya di rumah pirman kami segera solat dan istirahat.

Sebetulnya banyak lagi destinasi yang kami kunjungi seperti," Karacak Valley, Darajat Pas, dan Masjid Raya Bandung". Akan tetapi jika saya ceritakan semua, tentu akan sangat panjang sekali. Saya hanya menceritakan perjalanan ke Pantai Sayang Heulang karena menurut saya, itu adalah perjalanan yang sangat berkesan dan yang tak akan terlupakan dalam hidup saya.

Setelah beberapa hari kami menulusuri Garut dan sekitarnya, sampai-lah kami pada hari terakhir dan harus berpisah dengan Pirman. Saya mewakili teman-teman berkata, "Makasih banyak man udah mau direpotin dan udah nemenin kita buat mengeksplor Garut dan sekitarnya, mohon maaf kalo ada perkataan atau perbuatan kita yang kurang berkenan, semoga segala kebaikan lu dibalas dan dilipatgandakan oleh Allah SWT, amin". 

Pirman menjawab, "Iya mal sama temen temen semua, sama-sama dan jangan kapok ya buat silaturahim kesini lagi, hati-hati dijalan jangan ngebut, perlahan tapi pasti aja, oke!". Aku menjawab, "Siap man, pamit ya, Assalamu'alaikum". "Wa'alaikumussalam" Balasnya.

Perjalanan pulang ke rumah berlangsung selama sepuluh jam, lebih cepat dari waktu pergi. Kami pulang membawa banyak cerita dan pengalaman baru yang dapat kami jadikan pelajaran, baik untuk diri maupun orang lain. Pada akhirnya, semua dari kami telah sampai di rumah masing-masing dengan selamat, Alhamdulillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun