Benarkah karma itu ada? Benarkah karma itu dari Tuhan? PSG kalahkan Barcelona di Hari Valentine, Barcelona ganti mengalahkan PSG di Hari Perempuan.
Kemenangan telak 6-1 Barcelona atas Paris Saint Germain (PSG) dalam pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Kamis dinihari (9/3) di Stadion Camp Nou adalah sesuatu yang sangat sensasional. Berada pada posisi yang terjepit setelah kalah 0-4 di Paris tiga minggu sebelumnya, yang oleh media pertandingannya itu disebut sebagai “pembantaian di Hari Valentine”, Barcelona jelas kurang diunggulkan untuk melenggang ke babak perempat final. Pasalnya, meski ini Barcelona, lawan yang dihadapi adalah PSG yang skuadnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan ini adalah Liga Champions.
Namun, Blaugrana (julukan Barcelona) benar-benar melakukannya. Sehari sebelumnya pelatih Luis Enrique berkomentar, “Bila mereka (PSG) bisa mencetak empat gol, kami (Barcelona) bisa mencetak enam gol?” Dan Neymar dkk benar-benar melakukannya, mencetak enam gol. Enrique membuktikan bahwa pernyataan itu bukanlah sesumbar ataupun isapan jempol belaka. Barcelona semakin mengokohkan posisinya sebagai raja di Eropa. Dengan pecapaian ini sudah 10 tahun berturut-turut tim ini lolos dari babak 16 besar.
Kolomnis The Guardian Sid Lowe menulis pekerjaan yang dilakukan Barcelona adalah sesuatu yang tak dapat dipercaya, mengagumkan, bersejarah, dan mempesona. Eks bek Manchester United Rio Ferdinand menyebut kemenangan Barcelona ini adalah comeback terbaik dalam sejarah sepak bola. Bahkan si bengal Joey Barton mencuit, "Tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya". Setali tiga uang, eks bek Tottenham Hotspur Benoit Assou-Ekoto menyebut malam pertandingan itu ia mencintai sepak bola kembali.
Barcelona adalah salah satu klub paling kuat di dunia. Dua klub sekuat Barcelona hanyalah Real Madrid dan Bayern Munchen. Barcelona bisa mengalahkan siapa saja dengan skor berapa saja. Tetapi tetap saja kemenangan atas PSG ini agak sulit diterima akal. Pada menit 87:27 skor masih menunjukkan 3-1 dengan aggregat 3-5 untuk keunggulan PSG. Namun pada menit 95 skor berbalik menjadi 6-1, dan Barcelona menang aggregat 6-5.
Pemilik akun Twitter @redscotssaf mencuit, “Tidak penting siapa yang kau dukung, nikmatilah kubu Barcelona dengan Lionel Messi. Kau tidak akan pernah melihat hal ini lagi. Ini benar”. Komentar yang kurang enak disampaikan bek Barcelona Gerard Pique, “Rumah sakit harus menambah jumlah perawatnya dalam 9 bulan ke depan, karena bakal ada banyak cinta malam ini”.
Alih-alih, sebenarnya bukan cinta yang banyak mengiringi kemenangan Barcelona malam itu. Justru sebenarnya doa lah yang banyak bertebaran. Doa yang dipanjatkan oleh para Cules (fans Barcelona) pada hari-hari menjelang pertandingan. Pada hari pertandingan di stadion Cules bernyanyi, “Si se puede, si se puede”, yang ditiru dari slogan kampane Barack Obama yang fenomenal itu: “Yes, we can”.Chant itu adalah harapan, motivasi, sekaligus doa. Mungkin para fans PSG yang hadir di Camp Nou malam itu pun ikutan berdoa sejak menit ke 4, saat Luis Suarez mencetak gol pertama, agar Barcelona tidak mencetak gol-gol berikutnya.
Tuhan mendengar doa-doa itu, oleh karena itu Tuhan seakan-akan hadir di Camp Nou. Doa para Cules adalah Barcelona menang dengan skor 5-0, tetapi ketika Edinson Cavani mencetak 1 gol di menit ke-62, doa para Cules berubah: Barcelona menang dengan skor 6-1. Tuhan akhirnya mengabulkan dan membuat seisi Camp Nou bergemuruh tatkala Sergi Roberto, alumni asli La Masia itu, mencetak gol pamungkas.
Para pemain Barcelona, staf dan ofisial klub ikut larut. Bahkan sang megabintang Messi tertangkap meneteskan air mata saat memeluk Luis Enrique. Tangis yang berbeda dengan tangis Messi pada Copa America kemarin. Semua orang memang tidak percaya hal itu bisa terjadi. Di balik tangis Messi itu, ada rasa bahwa ia pun sebenarnya tidak yakin bisa membantu Barcelona lolos dari lubang jarum.
Enrique pun sebenarnya sangat terkejut dengan hasil ini. Meski ia berani berkata timnya bisa mencetak enam gol, ada sedikit keraguan dan ketidayakinan dalam pernyataan itu. Ia ucap itu untuk menjaga mentalitas anak asuhnya agar tetap dalam motivasi tertinggi. Pasca pertandingan, ia menyebut pertandingan ini “tak bisa dideskripsikan”. Ia akui ia gemetaran sepanjang 95 menit, “Seperti film. Tapi bukan film horor, ini film thriller,” ucapnya.
Enrique melanjutkan, “Apa makna kemenangan ini adalah keyakinan, keyakinan dari semua pemain, fans. Tidak ada anak-anak ataupun orang dewasa di Camp Nou yang akan melupakan malam ini”. Pada akhir pernyataannya yang agak melodramatis, pelatih kelahiran Gijon itu mengatakan, “Saya tidak menangis. Saya (sebenarnya) ingin menangis, tetapi air mata saya tidak keluar”.
Inilah sepakbola. Sah bila disebut, seperti salah satu jargon Adidas bahwa ‘impossible is nothing’ dalam sepak bola. Ketika sesuatu realitas yang sulit atau tidak dapat ditangkap nalar terjadi, sejatinya disitulah ada tangan Tuhan yang berperan. Pangeran Siahaan melalui akun Twitter pernah mencuit pada 19 Agustus 2016 silam: “Sepakbola itu bukti bahwa Tuhan itu ada. Aktivitas seagung ini tak mungkin diciptakan manusia semata”. Pertandingan Barcelona-PSG malam tadi melegitimasi cuitan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H