Mohon tunggu...
Fredick Ginting
Fredick Ginting Mohon Tunggu... Freelance -

Belajar ilmu politik dari Harold Laswell sampai Samuel Huntington, belajar demokrasi dari Thomas Jefferson sampai Ernesto Laclau. Menonton karya David Fincher sampai Martin Scorsese, mengagumi Charlize Theron sampai Jennifer Lawrence.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Warisan Terbaik Sebuah Persahabatan

22 Februari 2017   10:30 Diperbarui: 24 Februari 2017   04:00 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: indiewire.com

Seperti itulah gambaran kehidupan yang dijalani Charlie. Bisa dibilang sepi, tetapi kehadiran Mr Church mampu mengisi kesepian itu. Charlie tak memerlukan orang lain ketika Mr Church ada. Maka tatkala Mr Church sakit dan kemudian meninggal, Charlie juga Isabel merasakan kehilangan. Kehilangan sahabat yang juga sekaligus ayah bagi keluarga kecil mereka.

Tak banyak kerumitan yang disajikan film ini pada penonton. Tapi pesannya jelas: tentang sebuah persahabatan sejati. Persahabatan sejati tidak memandang perbedaan usia maupun warna kulit. Kisah yang disajikan mudah dipahami terutama karena narasi yang diceritakan oleh Britt sepanjang film ini. Cerita ini disusun berdasarkan pengalaman sang penulis naskah, Susan McMartin. Bagi Beresford, film ini menjadi medium nostalgianya dengan filmnya terdahulu, Driving Miss Daisy (1989),yang punya kemiripan cerita.

Kisah persahabatan Charlie bukan hanya bersama Mr Church, ada dua orang lain: sahabat sekolahnya Poppy (Madison Wolfe dan Lucy Fry) dan Eddie Larson (Christian Madsen). Bersama Poppy dan Eddie, Charlie juga punya kisah yang menunjukkan sebuah persahabatan. Eddie misalkan, berubah hidupnya setelah menyelamatkan Charlie dari tubrukan. Bagi Eddie, Charlie adalah sahabat terbaik karena darinya ia mendapatkan sebuah inspirasi.

Inspirasi pula yang bisa ditangkap dari seorang Charlie. Anak perempuan tanpa ayah, dengan kondisi ibu yang sakit, tapi tegar dan tetap mampu merasakan dan membagi kasih sayang bagi orang di sekelilingnya. Atau, Mr Church, yang di akhir cerita yang agak emosional dan sentimentil lewat surat wasiatnya.

Untuk para pemeran film ini bisa diacungi jempol dan boleh dibilang sempurna. Britt, Eddie Murphy, hingga McKenna dan Couglin berhasil menjiwai peran masing-masing. Sebagai penonton, kita bisa menangkap emosi yang mereka tunjukkan.

Bagi Mr Church, bukan Charlie yang harus berterima kasih padanya karena telah merawat keluarganya sejak ia kecil. Justru Charlie-lah yang memberikan hal paling penting bagi hidup Mr Church—yang ternyata sebatang kara—yaitu sebuah keluarga dan cinta.

Bagi Charlie, hidupnya adalah sebuah pelajaran. Kehilangan ibunya, kemudian kehilangan Mr Church yang baginya adalah segalanya ternyata bukan tanpa maksud. Justru dari pengalaman itu ia bisa belajar memaknai dan menikmati kehidupan yang sedang dijalaninya. Semua dia dapatkan dari Mr Church, yang mewarisi sebuah persahabatan dalam keluarga kecilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun