Mohon tunggu...
Fraya Fitria25
Fraya Fitria25 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya menyukai travelling, semoga bisa membantu kaliann!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fenomena Fatherless dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Anak

10 Juni 2024   16:56 Diperbarui: 10 Juni 2024   17:25 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fatherless adalah tekanan emosional yang diakibatkan dari kehilangan sosok ayah, baik secara fisik maupun psikis. Sedangkan Fatherless Country menurut Psikolog UGM, Diana Setiyawati, SPsi, MHSc, PhD, Psikolog, adalah suatu negara dengan masyarakatnya minim peran atau keterlibatan sosok ayah dalam kehidupan anak. 

Makna fatherless berbeda dengan kehilangan ayah karena meninggal atau disebut yatim. Fatherless lebih diartikan sebagai kondisi ketika seorang ayah tidak dapat hadir baik secara fisik maupun psikologi di dalam perkembangan anak. Padahal, tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh kehadiran dari kedua orangtuanya dalam pengasuhan.

Akhir-akhir ini, berita sedang ramai oleh pembahasan mengenai fenomena fatherless. Indonesia menjadi negara fatherless ketiga di dunia. Hal tersebut menjadi bukti bahwasannya banyak anak Indonesia yang kekurangan sosok ayah dalam hidupnya. Fenomena ini memang sudah lama marak di Indonesia, namun jarang orang yang menyadari dan peduli terhadap permasalahan ini. 

Bukti tidak adanya peran ayah dalam rumah tangga  ditandai dengan masyarakat Indonesia yang memiliki kecenderungan tidak adanya peran atau keterlibatan sosok ayah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari anak di rumah. 

Mereka beranggapan bahwa peran ayah hanyalah mencari nafkah, tanpa harus mengurusi masalah rumah seperti menyangkut kebutuhan anak di`rumah termasuk masalah akademik dan perilaku moralistik. 

Sedangkan peran mengurus anak dan mengurus rumah tangga sepenuhnya adalah peran ibu. Pengungkapan asumsi tersebut didukung dengan sebuah dalil yang diyakini bahwa anak adalah urusan ibu dan hanya ibulah yang paham tentang apa yang dibutuhkan anak. 


Keyakinan tersebut tidak hanya didominasi oleh masyarakat Indonesia saja, melainkan sudah menjadi suatu pandangan yang bersifat universal sebagaimana diyakini di berbagai budaya masyarakat di dunia.

Ada banyak sekali penyebab fatherless di Indonesia, diantaranya adalah tingginya angka perceraian, terjadinya perselisihan dalam rumah tangga yang berlangsung secara terus menerus, adanya budaya patriarki yang beranggapan bahwa tugas suami hanyalah mencaari nafkah. 

Peran ayah dan ibu dalam pertumbuhan anak, sangatlah penting. Hal ini terjadi karena keduanya memiliki peran dan fungsi masing-masing. Ibu dengan sisi feminism,yang dominan pada sisi emosi, mengajak anak untuk mengasah emosi. Empati, dan kasih sayangnya. 

Sedangkan sosok ayah yang dominan pada logika, dan mengajarkan anak untuk dapat membuat keputusan dengan pertimbangan akal yang baik serta melakukan problem solving yang logis. 

Melansir dari Association of Child Psychotherapy, sosok ayah memberikan kontribusi vital bagi perkembangan emosional anak.Jika dibandingkan dengan ibu, cara berinteraksi ayah kepada anaknya akan lebih komunikatif dengan penggunaan kosakata yang beragam. Selain itu, pola pertanyaan 5W+1H yang biasanya dilontarkan sang ayah dapat membuat anak memiliki kemampuan berkomunikasi yang lebih bertanggung jawab dan logis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun