Mohon tunggu...
Fraya Fitria25
Fraya Fitria25 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya menyukai travelling, semoga bisa membantu kaliann!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menelusuri Warisan Bersejarah: Kagungan Dalem Masjid Ageng Pakualaman

10 Juni 2024   15:06 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:49 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain ma'surah, terdapat mimbar yang terletak di shaf paling depan, dengan ornament yang sangat khas dengan Puro Pakualaman, yang berfungsi untuk memperindah mimbar. Mimbar ini digunakan untuk kepentingan dakwah dan khutbah, khususnya pada hari jumat.  Pada sisi ruang utama, diberi pembatas yang terbuat dari triplek. 

Tempat itu digunakan sebagai tempat sholat untuk perempuan. Sementara itu, di bagian barat terdapat ruang perpustakaan, lemari-lemari dan sebuah beduk. Dinding masjid ini kira-kira setinggi satu setengah meter, dilapisi dengan tegel keramik. Pintu induk masjid berbahan dasar kayu jati yang tebal. Di dalamnya, terdapat mimbar keraton, tiga buah lampu gantung dan tujuh buah kipas angin.

Bagian atap masjid masih berbentuk mahkota. Lantai yang ada di ruang utama ini lebih tinggi daripada serambi dan juga teras masjid. Dahulu kala saat masjid ini dibangun, bagian depan dan samping masjid masih digenangi dengan blumbangan air. Blumbang ini kemudian diganti dengan teras depan. Sedangkan di sisi selatan, dibangun tempat widhu dan juga di sebelah utara telah disediakan rumah untuk pengurus masjid atau yang kita kenal dengan istilah takmir.

Tempat wudhu masjid Pakualaman terletak diluar ruang utama. Tempat wudhu wanita terletak disamping kiri serambi. Secara bentuk, belum terdapat perubahan tetapi telah pintu dari tempat wudhu ini telah diganti. Dahulu, pintu tempat wudhu wanita adalah fiber, namun saat kemarin saya kesana, pintu tempat wudhu ini diganti menjadi kayu yang berfungsi sebagai penutup ruang untuk wudhu wanita. Tempat wudhu pria disamping kanan serambi belum mengalami perubahan dari masa pembangunan hingga sekarang. Di tempat wudhu pria dan wanita,terdapat tempat duduk yang digunakan untuk wudhu, yang terbuat dari semen.    

Sebelum waktu Maghrib tiba, terdapat suatu kegiatan rutinan yang dilaksanakan setiap Hari Kamis, dan anggotanya adalah para ibu-ibu. Kebetulan pada saat saya berkunjung kesana, yang memimpin kegiatan ini adalah Bapak Hariyo. Tema dari kajian tersebut sangatlah beragam di setiap harinya. Jarak antara adzan dan iqamah yaitu kurang lebih sekitar 15 menit, tidak ada pujian diantara adzan dan iqamah. 

Menurut saya, hal ini disebaban karena warga sekitar masjid Pakualaman ini termasuk penganut ajaran Muhammadiyyah. Ketika melaksanakan sholat jama'ah, imam membaca al-fatihah dan surat pendek secara jahr (keras). Setelah dilaksanakan sholat berjama'ah, tidak ada wiridan atau dzikir yang dilakukan secara bersama-sama. 


Masing-masing saya jamaah ada yang melakukan wiridan sendiri, shalat ba'diyah Maghrib, dan ada pula yang langsung meninggalkan area masjid. Saat saya berkunjung pada Hari Kamis, setelah maghrib tidak ada TPQ yang digelar. Hal ini berbeda pada saat saya berkunjung lagi pada Hari Sabtu. Pada saat saya berkunjung Hari Sabtu, setelah jamaah Sholat Maghrib, terdapat TPQ untuk para anak-anak. Mayoritas dari anak-anak tersebut adalah mereka yang sedang mengenyam bangku pendidikan Sekolah Dasar. Kedua kegiatan ini diselenggarakan di teras masjid.

 Di sebelah samping kanan serambi masjid,terdapat kantor untuk para pengurus takmir Masjid Pakualaman. Menurut info yang saya dapatkan, dahulu kantor ini berfungsi sebagai KUA. Karena pengurus takmir tersebut dulunya menjabat sebagai penghulu juga. Tidak ada perubahan ruang dari awal pembangunan sampai sekarang. Hanya ada sedikit perubahan, yaitu perubahan material seperti lantai keramik yang berada di teras kantor.

Renovasi Masjid Pakualaman telah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada tahun 2016 dan 2017. Pada tahun itu, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan renovasi besar-besaran. Renovasi ini dilakukan sebagai upaya pelestarian bangunan warisan budaya dan cagar budaya yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Renovasi ini dilaksanakan melalui dua tahap yakni pada tahun 2016 renovasi, yang dilakukan pada bangunan utama masjid sedangkan pada tahun 2017 renovasi dilakukan pada pada bagian serambi masjid beserta penataan lingkungannya. Sebelum melakukan renovasi pada tahun 2016, terlebih dahulu melakukan kajian renovasi 1 tahun 2015. Kajian ini dilakukan untuk menentukan sasaran kegiatan renovasi agar tepat sasaran dan penuh dengan perencanaan. 

Selanjutnya, dilanjutkan renovasi Masjid Besar Pakualaman yang dilakukan pada tahun 2017, dengan melakukan perbaikan yang jauh lebih kompleks daripada tahun sebelumnya, karena proses renovasi diawali dengan pembongkaran serambi bagian timur atau depan masjid. Bagian ini merupakan bangunan baru dengan langgam yang tidak serupa dengan bangunan tradisional Jawa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun