Mohon tunggu...
franxis erika
franxis erika Mohon Tunggu... pegawai negeri -

domisili di Ibu Kota,,mencoba membuka mata hati dan telinga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perpustakaannya Baru Saja Datang..

25 Juli 2012   02:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:40 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan yang indah selalu menyambut setiap pagiku di Sirungkungon. Sebuah desa yang berdiri di cerukan bukit yang mengelilingi Danau Toba, danau yang menyebabkan terjadinya zaman es ribuan tahun lalu. Sirungkungon dapat dijangkau kurang lebih satu setengah jam dari Parapat dengan mengendarai kapal feri kecil.
Biaya transportasi yang tinggi karena hanya ada satu kapal feri kecil saja yang dimiliki warga tersebut membuat Sirungkongon memiliki akses terbatas terhadap segala aspek, salah satunya pendidikan.
Tiga buah ruang kelas di SD Negeri Sirungkungon menampung seluruh siswa kelas satu hingga kelas enam. Masing-masing kelas menampung dua tingkat. Kelas satunya juga menampung adik-adik usia TK yang ingin belajar. Seorang Ibu Kepala Sekolah yang sudah uzur, seorang guru mata pelajaran dan seorang guru agama honorer menjadi penggerak roda pendidikan Sirungkungon.
"Perpustakaannya baru saja datang", jawab seorang siswa saat kutanya apakah sudah terdapat perpustakaan di sekolah mereka.
"Perpustakaan bagi mereka itu adalah lemari yang berisi buku. Memang baru saja ada bantuan sebuah lemari dari pemerintah untuk menampung buku pelajaran, tapi bukunya pun belum ada", ujar seorang guru menjelaskan maksud anak didiknya.
Tuturan yang membuatku miris, ternyata di tepian salah satu Danau yang terkenal di seantero negeri ini terdapat anak-anak yang haus akan pendidikan. Tanpa mesti menelisik lebih jauh ke pedalaman Indonesia, cerita tentang ketertinggalan pendidikan pun sudah dapat ditemukan.
Tak hanya itu, apabila diamati terdapat generasi yang hilang dari penduduk Sirungkungon dalam kesehariannya. Remaja sulit ditemukan di desa itu. Hal ini disebabkan karena mereka merantau ke Parapat atau Siantar atau Medan untuk melanjutkan pendidikan.
Sudah saatnya dunia pendidikan Indonesia untuk berbenah. Tidak sekedar menajdi institusi administrasi. Tetapi benar-benar menjadi institusi yang memberikan akses pendidikan yang berkualitas untuk semua penduduk Indonesia sesuai amanat pasal 31 UUD 1945: "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun