Rudi tidak habis pikir bahwa amplop yang kemarin ia pungut adalah milik seorang murid di sekolahnya. Rudi juga sempat mengelak bahwa uang ia dapat bukan milik Lia.
Tetapi, setelah ia mendengar nominal uang yang hilang sebanyak tiga ratus ribu dan ditaruh di sebuah amplop. Membuat Rudi yakin bahwa amplop itu milik Lia.
Di sepanjang jam sekolah, perasaan Rudi tidak tenang karena memikirkan Lia yang kehilangan uangnya itu. Di satu sisi, ia juga takut dimarahi orang tuanya karena sudah memakai uang milik orang lain yang tercecer.
Akhirnya, setelah bergumul dengan dirinya. Rudi memutuskan untuk bercerita kepada orang tuanya sore nanti. Ia juga tidak tahan apabila terus memendam perasaan bersalah.
Sorenya, Rudi akhirnya menceritakan semuanya kepada ayah dan ibu. Awalnya, ayah marah kepadanya tetapi mendengar kejujuran dari anaknya itu. Orang tuanya bangga dan siap membantu mengganti uang tersebut.
Setelah itu, Rudi bersama orang tuanya pergi ke rumah Lia. Menurut pengumuman tadi siang, rumah Lia berada di sebuah gang kecil yang tak jauh dari sekolah.
Sesampainya di depan gang, Rudi dan orang tuanya akhirnya memutuskan berjalan kaki karena mobil mereka tidak bisa masuk ke dalam gang tersebut.
Setelah bertanya mengenai rumah Lia dengan penduduk di gang tersebut, akhirnya mereka menemukannya.
Tampak dari luar sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu dan ada gerobak bakso di teras rumah. Rudi mengetuk rumahnya dan dibuka oleh Lia dan ayah Lia.
Rudi dan Lia akhirnya berkenalan dan menceritakan seluruh kejadian kepadanya. Rudi pun memberikan uang ganti kepada Lia. Ternyata uang tersebut adalah uang sekolah yang belum dibayar oleh Lia.
Keluarga Lia sangat kagum dengan kejujuran Rudi. Sebagai rasa berterima kasih, ayah Lia menjamu bakso kepada Rudi beserta orang tuanya